DENPASAR - Pemerintah Provinsi Bali mengambil langkah strategis untuk mendongkrak daya saing produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di pasar internasional, khususnya Uni Eropa. Fokus utama adalah peningkatan kualitas produk agar mampu bersaing dan memenuhi standar ketat pasar Benua Biru.
“Kunci utamanya adalah pendampingan yang tepat bagi para pelaku UMKM. Kita harus benar-benar memahami apa yang diinginkan oleh negara tujuan ekspor, dan menyesuaikan produksi kita dengan kebutuhan tersebut, ” ujar Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah Provinsi Bali, I Wayan Ekadina, di Nusa Dua, Bali, Selasa.
Penekanan dalam pembinaan UMKM mencakup penggunaan bahan baku berkualitas dan praktik produksi berkelanjutan. Hal ini menjadi krusial, terutama bagi produk yang ditujukan untuk pasar Uni Eropa yang sangat memperhatikan aspek ramah lingkungan dan keberlanjutan.
Ekadina menyambut optimis terwujudnya Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU CEPA). Ia meyakini perjanjian ini akan menjadi katalisator bagi peningkatan kapasitas UMKM Bali, sekaligus membuka jalan untuk menggenjot volume dan memperluas jangkauan pasar ekspor di Eropa.
Saat ini, Bali memiliki sekitar 448.434 pelaku UMKM, dengan kurang lebih seperempatnya telah berorientasi ekspor. Ragam produk unggulan Bali yang telah merambah pasar global meliputi sektor perikanan, perhiasan, serta berbagai jenis kerajinan tangan yang kaya akan nilai seni dan budaya.
Lebih lanjut, ada komoditas potensial yang terus diupayakan peningkatannya untuk pasar ekspor, seperti produk cokelat, kopi, dan komoditas pertanian lainnya yang memiliki keunikan dan kualitas tinggi.
“Perjanjian ini akan efektif berlaku mulai 1 Januari 2027. Selama rentang waktu ini, kami akan terus berupaya keras untuk meningkatkan kapasitas para pelaku UMKM. Kami harus memastikan standar yang ditetapkan dalam perjanjian tersebut dapat kami penuhi, ” tegas Ekadina.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali menunjukkan tren ekspor Bali dari Januari hingga Juli 2025 mencapai 322, 7 juta dolar AS. Angka ini mengalami penurunan tipis sebesar 13, 59 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2024 yang tercatat 373, 5 juta dolar AS.
Komoditas ekspor Bali yang mendominasi adalah produk perikanan, menyumbang hampir 28 persen dari total nilai ekspor atau sekitar 90 juta dolar AS. Disusul oleh sektor perhiasan dengan kontribusi 10, 62 persen, dan pakaian serta aksesoris bukan rajutan sebesar 10, 31 persen.
Selain itu, produk lain yang turut berkontribusi dalam ekspor Bali meliputi kertas, perabotan, kayu, pakaian dan aksesori, buah-buahan, minyak atsiri (untuk kosmetik), hingga barang-barang anyaman. Negara-negara tujuan ekspor utama Bali masih didominasi oleh Amerika Serikat dengan pangsa 32, 28 persen, diikuti oleh Tiongkok (8, 17 persen) dan Australia (7, 67 persen).
Sementara itu, negara-negara dari kawasan Eropa yang masuk dalam daftar 10 besar tujuan ekspor Bali antara lain Jerman (4, 16 persen), Prancis (3, 88 persen), Belanda (2, 78 persen), dan Spanyol (2, 33 persen). (PERS)