Boneka Mungil Labubu, Dari Hobi Jadi Miliaran, Wang Ning Lampaui Jack Ma

3 hours ago 1

WIRAUSAHA - Siapa sangka, sebuah boneka mungil bisa menjadi kunci pembuka pintu kekayaan yang tak terbayangkan. Di tengah gegap gempita dunia bisnis yang selalu menyimpan kejutan, kisah sensasional ini datang dari Tiongkok, negeri yang kerap melahirkan inovasi tak terduga.

Nama Wang Ning kini kian santer terdengar, bukan hanya karena usianya yang terbilang muda, melainkan juga berkat pretasinya yang luar biasa sebagai salah satu individu terkaya di Tiongkok. Di balik gemerlap pencapaiannya, tersimpan sebuah rahasia: boneka berkarakter unik yang berhasil memikat hati banyak orang, bertransformasi dari sekadar mainan menjadi barang koleksi bernilai tinggi.

Wang Ning, sang pendiri Pop Mart International Group, telah menorehkan sejarah. Perusahaan mainan yang dipimpinnya melahirkan ikon boneka bernama Labubu. Mengutip dari India Times, Wang, yang kini berusia 38 tahun, dinobatkan sebagai miliarder termuda di Tiongkok. Lonjakan kekayaannya sungguh mencengangkan, melesat dari US$7, 59 miliar menjadi US$22, 7 miliar hanya dalam kurun waktu satu tahun.

Labubu sendiri bukanlah ciptaan baru. Boneka ini pertama kali hadir pada 2015, buah karya seniman Hong Kong, Kasing Lung, yang terinspirasi dari dongeng Nordik untuk seri buku ilustrasi The Monsters. Karakteristiknya yang khas, dengan mata besar, telinga runcing, dan senyum nakal, segera mencuri perhatian.

Namun, terobosan besar terjadi ketika Pop Mart merilis Labubu dalam konsep blind box pada 2023. Model penjualan yang membuat pembeli penasaran hingga kotak dibuka itu sukses besar, terutama di kalangan Generasi Z dan milenial yang haus akan pengalaman baru dan kejutan.

Fenomena Labubu semakin menggurita ketika para selebriti internasional tertangkap kamera membawanya. Mulai dari Lisa BLACKPINK, Kim Kardashian, Dua Lipa, hingga Rihanna, semuanya tampak bangga memamerkan boneka mungil ini. Popularitas yang didorong oleh para idola global inilah yang mengangkat status Labubu dari mainan biasa menjadi barang koleksi eksklusif.

Keberhasilan Pop Mart pun tak main-main. Forbes mencatat, perusahaan ini berhasil melampaui valuasi kapitalisasi pasar Mattel, produsen boneka Barbie, dan Hasbro. Saham Pop Mart di Hong Kong melonjak lebih dari 250 persen di tahun ini saja.

Puncak kejayaan Labubu terlihat pada Juni 2024, ketika sebuah boneka Labubu berukuran manusia terjual di lelang Beijing seharga 1, 08 juta yuan, atau setara dengan US$150 ribu atau Rp2, 4 miliar. Angka fantastis ini menegaskan posisi Labubu di ranah koleksi seni dan barang mewah.

Berkat lonjakan popularitas Labubu, kekayaan Wang Ning pun meroket. Total kekayaannya kini mencapai US$27, 5 miliar, menjadikannya orang terkaya kedelapan di Tiongkok, bahkan melampaui pendiri Alibaba, Jack Ma, yang berada di posisi kesembilan dengan kekayaan US$26, 7 miliar.

Menurut The Wall Street Journal, kesuksesan Pop Mart juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global. Di saat banyak orang mencari hiburan yang terjangkau, Labubu hadir sebagai simbol 'happiness market' atau pasar kebahagiaan. Sebuah barang lucu dan unik dengan harga bersahabat mampu memberikan kebahagiaan tersendiri.

Dampak positif ini tidak hanya terasa di Tiongkok. Penjualan internasional Pop Mart juga mengalami pertumbuhan pesat. Dalam enam bulan pertama 2024, penjualan di Amerika Serikat melonjak lebih dari 1.000 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sebuah bukti nyata bagaimana inovasi sederhana bisa menembus batas geografis dan budaya. (PERS)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |