Gunung Lewotobi Laki-Laki Bergejolak, 37 Gempa Letusan dalam 24 Jam

2 hours ago 1

LABUAN BAJO - Fenomena alam yang menegangkan kembali terjadi di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan gelombang aktivitas vulkanik yang signifikan di Gunung Lewotobi Laki-laki, mencatat total 37 gempa letusan dalam periode 22 hingga 23 September 2025, pukul 12.00 WITA. Situasi ini membuat gunung api yang menjulang di wilayah tersebut terus diwaspadai.

Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, dalam keterangannya yang diterima di Labuan Bajo pada Selasa, menggambarkan kondisi gunung api yang terpantau. "Pada periode 22-23 September 2025 pukul 12.00 WITA gunung api tampak jelas hingga tertutup kabut dengan intensitas tebal, " ujarnya.

Laporan khusus mengenai perkembangan tingkat aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki, yang telah ditetapkan pada Level IV (Awas) sejak 23 Agustus 2022 pukul 16.00 WITA, terus diperbarui. Wafid merinci pengamatan visual yang dilakukan. "Teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tebal, dengan tinggi sekitar 50-100 meter dari puncak, " jelasnya.

Cuaca di sekitar gunung api pun turut dilaporkan. "Cuaca umumnya cerah hingga berawan, dengan angin lemah ke arah barat daya, barat dan barat laut, " tambah Wafid.

Dari sisi kegempaan, aktivitasnya sangat dinamis. Selain 37 gempa letusan, tercatat pula satu kali gempa guguran, 19 kali gempa hembusan, satu kali gempa tremor harmonik, 17 kali gempa tremor non-harmonik, 9 kali gempa low frekuensi, empat kali gempa vulkanik dalam, dan empat kali gempa tektonik jauh. Keragaman jenis gempa ini memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang sedang terjadi di perut bumi.

Wafid menjelaskan bahwa dominasi gempa letusan dan hembusan, serta gempa frekuensi rendah, merupakan indikator pergerakan fluida magmatik menuju permukaan. Ini adalah tanda alam yang tak terbantahkan bahwa ada energi besar yang sedang bekerja di bawah sana.

Pengukuran amplitudo seismik secara real-time (RSAM) pun menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. "RSAM masih menunjukkan peningkatan fluktuatif dengan kecenderungan tetap tinggi, " kata Wafid, mengindikasikan adanya suplai magma yang aktif.

Ia menekankan, "Kondisi ini menegaskan bahwa suplai magma masih aktif, meskipun intensitas letusan tampak lebih variatif. Hal ini menandakan bahwa suplai magma masih aktif dan sistem gunungapi berada dalam fase kritis dengan potensi erupsi yang berlanjut." Pernyataan ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga dan pengamat gunung api.

Lebih jauh, analisis dari data tiltmeter dan Global Navigation Satellite System (GNSS) memperkuat dugaan adanya tekanan dari intrusi magma dangkal. "Dalam tiga hingga tujuh hari terakhir, grafik tiltmeter masih menunjukkan pola inflasi yang konsisten, menandakan adanya tekanan dari intrusi magma dangkal. Pergerakan Global Navigation Satellite System (GNSS) juga menguatkan indikasi adanya deformasi, " ungkap Wafid.

Kombinasi semua parameter ini, menurut Wafid, memberikan gambaran yang jelas. "Kombinasi semua parameter ini mengindikasikan aktivitas vulkanik masih tinggi dan suplai magma ke permukaan masih berlangsung, sehingga potensi erupsi eksplosif maupun efusif tetap signifikan, " tegasnya.

Berdasarkan analisis visual dan instrumental yang mendalam, tingkat aktivitas Gunungapi Lewotobi Laki-laki masih tergolong sangat tinggi, sehingga status Level IV (Awas) tetap dipertahankan. Imbauan keselamatan pun dikeluarkan dengan tegas.

Wafid mengimbau masyarakat dan wisatawan untuk menjaga jarak aman. "Masyarakat dan wisatawan agar tidak beraktivitas dalam radius enam kilometer dari pusat erupsi, serta tujuh kilometer sektoral pada arah barat laut-timur laut, " tegasnya.

Dalam situasi seperti ini, ketenangan dan kewaspadaan sangat diperlukan. "Tetap tenang dan mengikuti arahan dari pemerintah daerah. Masyarakat juga diminta untuk tidak mempercayai informasi yang tidak jelas sumbernya, " pesan Wafid, mengingatkan pentingnya informasi yang akurat di tengah ketidakpastian. (PERS)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |