PANGKEP SULSEL - Jepang dikenal sebagai negara yang sukses mengembangkan pariwisata pedesaan tanpa merusak kearifan lokal dan lingkungan. Keberhasilan ini didukung oleh strategi yang terencana, inovasi, serta kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Berikut adalah beberapa cara Jepang dalam mengelola potensi wisata di desa:
1. Memanfaatkan Kearifan Lokal sebagai Daya Tarik
Alih-alih mengubah desa agar lebih modern, Jepang justru menonjolkan budaya lokal sebagai daya tarik wisata. Misalnya, di Shirakawa-go, rumah-rumah tradisional gassho-zukuri tetap dipertahankan dan dijadikan homestay. Pengunjung bisa merasakan kehidupan desa yang autentik, mencicipi makanan khas, serta belajar langsung dari penduduk setempat.
2. Pengelolaan Lingkungan yang Berkelanjutan
Jepang sangat menjaga keseimbangan antara pariwisata dan kelestarian lingkungan. Desa seperti Kamikatsu terkenal dengan sistem nol sampahnya, yang menjadikan wisatawan tidak hanya menikmati keindahan desa, tetapi juga belajar gaya hidup ramah lingkungan. Infrastruktur wisata pun dibuat menyatu dengan alam tanpa merusak lanskap desa.
3. Pengembangan Wisata Musiman
Jepang memaksimalkan daya tarik alam dengan menyesuaikan wisata berdasarkan musim. Misalnya, desa-desa seperti Biei dan Furano terkenal dengan ladang bunga di musim panas, sementara desa Ouchi-juku menarik wisatawan dengan festival salju di musim dingin. Hal ini menciptakan daya tarik wisata sepanjang tahun.
4. Dukungan Pemerintah dan Masyarakat
Pemerintah Jepang aktif memberikan dukungan dalam bentuk subsidi, pelatihan, dan promosi bagi desa wisata. Sementara itu, masyarakat dilibatkan langsung dalam pengelolaan wisata, baik sebagai pemandu, pengrajin, atau pemilik penginapan. Kolaborasi ini memastikan bahwa manfaat ekonomi pariwisata benar-benar dirasakan oleh penduduk setempat.
5. Pemanfaatan Teknologi untuk Promosi
Jepang juga mengandalkan teknologi dalam mempromosikan desa wisata. Situs web, media sosial, hingga aplikasi khusus digunakan untuk memberikan informasi detail tentang desa, rute perjalanan, serta pengalaman yang ditawarkan. Bahkan, beberapa desa menggunakan teknologi augmented reality (AR) untuk memberikan pengalaman interaktif bagi wisatawan.
Kesimpulan
Jepang menunjukkan bahwa pariwisata desa bisa dikembangkan tanpa kehilangan identitas lokal dan merusak alam. Dengan strategi berbasis kearifan lokal, keberlanjutan lingkungan, serta dukungan pemerintah dan masyarakat, desa-desa di Jepang mampu menjadi destinasi wisata yang menarik dan tetap harmonis dengan kehidupan tradisionalnya. Pendekatan ini bisa menjadi inspirasi bagi negara lain yang ingin mengembangkan wisata pedesaan secara berkelanjutan.
Pangkep 7 Maret 2025
Penulis: Herman Djide, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkep.