PANGKEP SULSEL - Kampung Kayu Mate, yang terletak di Kelurahan Borimasunggu, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan, menyimpan kisah spiritual dan sejarah Islam yang mendalam. Wilayah yang berada di lereng gunung ini, baru-baru ini menjadi sorotan kembali setelah dikunjungi oleh Bupati Pangkep, DR H Muhammad Yusran Lalogau.
Kunjungan tersebut bukan tanpa alasan. Di puncak gunung yang menaungi Kampung Kayu Mate, terdapat beberapa makam tokoh penting dalam penyebaran Islam di wilayah Pangkep. Menurut Sekretaris Camat Labakkang, H Abd Rahman S.H.I., salah satu tokoh yang dimakamkan di sana adalah Karaeng Bulu, atau yang dikenal pula sebagai Dopi Dg. Manampo.
Dopi Dg. Manampo merupakan pendamping dari Syekh Abu Bakar dari Aceh, seorang ulama besar yang berperan besar dalam menyebarkan ajaran Islam di Sulawesi Selatan. Masyarakat setempat mengenal beliau sebagai Karaeng Bulu, sosok yang diyakini memiliki keilmuan dan karisma tinggi dalam syiar agama.
Menariknya, makam Syekh Abu Bakar sendiri juga dipercaya berada di kawasan gunung yang sama. Lokasi ini menjadi saksi bisu perjuangan para ulama dalam menanamkan nilai-nilai keislaman di tengah masyarakat Bugis-Makassar kala itu.
Tak hanya itu, terdapat pula makam Karaeng Manakku Caddi-Caddi, Andi Marabintang, dan Noceng Manning Gau yang tersebar di sekitar Kampung Kayu Mate. Ketiganya juga dikenal sebagai tokoh-tokoh penyebar Islam yang disegani dan dihormati oleh masyarakat Labakkang.
Kawasan ini dahulu menjadi pusat kegiatan keagamaan dan spiritual. Namun, seiring waktu, tradisi tersebut sempat memudar. Hingga suatu peristiwa spiritual terjadi, yang kemudian menjadi titik balik kebangkitan tradisi keagamaan di Kayu Mate.
Dikisahkan bahwa seorang warga pernah mengalami pengalaman spiritual saat berzikir. Dalam kondisi tersebut, orang tersebut dirasuki makhluk halus yang menyampaikan pesan, mempertanyakan mengapa zikir tidak lagi dilakukan di Kayu Mate sebagaimana dahulu.
Pesan tersebut dianggap sebagai bentuk teguran dan pengingat. Sejak saat itu, masyarakat bersama tokoh agama setempat memutuskan untuk menghidupkan kembali tradisi zikir berjamaah, yang kini rutin dilakukan setiap pagi seusai salat Subuh.
Tradisi zikir ini tidak hanya menjadi bentuk ibadah, tetapi juga sebagai penghormatan kepada para tokoh agama yang telah berjuang menyebarkan Islam di wilayah tersebut. Kampung Kayu Mate pun kembali menjadi pusat spiritual yang hidup dan menyala.
Bupati Pangkep dalam kunjungannya turut memberikan apresiasi atas pelestarian nilai-nilai keagamaan dan sejarah Islam di wilayah tersebut. Ia berharap agar masyarakat terus menjaga dan merawat peninggalan sejarah Islam di Pangkep.
Dengan latar sejarah yang kuat dan suasana spiritual yang mendalam, Kampung Kayu Mate memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi religi dan wisata sejarah Islam di Sulawesi Selatan.
Kini, masyarakat Kayu Mate tak hanya bangga dengan leluhurnya, tetapi juga berkomitmen menjaga warisan tersebut untuk generasi yang akan datang. Tradisi zikir, silaturahmi, dan ziarah menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, dalam satu semangat Islam yang damai dan berakar kuat.( Herman Djide)