Kiky, Gadis Brebes Taklukkan Dunia dengan Beasiswa Erasmus ke 7 Negara

1 month ago 18

BEASISWA - Dari Brebes, Jawa Tengah, Kiky membuktikan bahwa mimpi setinggi langit bisa diraih dengan kerja keras dan keyakinan. Noer Risky Ramadhani, atau akrab disapa Kiky, berhasil menggenggam beasiswa Erasmus+ yang membawanya menjelajahi 7 negara untuk program master keduanya. Sebuah pencapaian yang luar biasa dan menginspirasi banyak orang.

Perjalanan Kiky tidak instan. Setelah menyelesaikan S1 Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada 2018, ia melanjutkan S2 Jurusan Curicullum and Instruction di Khon Kaen University, Thailand. Dedikasinya pada dunia pendidikan terlihat jelas.

Namun, Kiky tak berhenti di situ. Mimpi untuk berkontribusi lebih besar mendorongnya mendaftar program Erasmus Mundus, dan keberuntungan berpihak padanya. Ia diterima di program MARIHE (Master in Research and Innovation in Higher Education), sebuah program yang akan membawanya belajar di berbagai negara dengan fokus pada penelitian dan inovasi dalam pendidikan tinggi.

Mulai musim gugur tahun ini, Kiky akan memulai petualangan akademiknya di University for Continuing Education Krems, Austria. Setelah itu, ia akan melanjutkan studi di Finlandia, Jerman, Hongaria, Portugal, China, dan India. Sebuah pengalaman yang tak ternilai harganya.

Kiky mengungkapkan alasannya memilih program MARIHE, "MARIHE ini ada bagian institutional research, dia ada juga manajemen, ada leadership. Jadi untuk tesisnya nanti kita bisa milih mau jalur apa. Ada learning and teaching, ada leadership and management. Jadi di tiap negara itu mereka punya spesialisasi masing-masing. Kalau saya pilihnya learning and teaching karena saya dulu dosen, " ucap Kiky di acara Erasmus+ Scholarship Pre-Departure Event, Sabtu (26/7/2025) di Sudirman, Jakarta Pusat.

Perjalanan meraih beasiswa ini pun tidak mudah. Kiky mengakui bahwa ini adalah kali kedua ia mencoba peruntungan di Erasmus. Enam tahun lalu, ia hanya masuk daftar cadangan. Pengalaman itu menjadi pelajaran berharga.

"Di percobaan kedua saya menilai bahwa dulu saya dalam menulis esai dan motivation letter ternyata banyak hal yang kurang saya sampaikan. Mungkin dulu itu nilai nol sekarang sudah mungkin lebih baik lagi, " ungkapnya.

Kegagalan sebelumnya justru menjadi motivasi untuk berbenah. Kiky memperbaiki esai dan motivation letter-nya, serta mempersiapkan diri lebih matang untuk tes IELTS. Kerja kerasnya membuahkan hasil.

Selain menjadi dosen, Kiky juga memiliki cita-cita untuk berkontribusi di United Nations (PBB). Ia berencana mempelajari bahasa-bahasa lain, seperti Perancis, selama studi S2 nanti.

"Jadi mungkin selama belajar S2 nanti saya mau belajar bahasa-bahasa lain seperti Perancis, bahasa PBB lainnya. Sehingga saya juga bisa daftar di United Nations atau PBB, " kata Kiky.

Tidak hanya itu, Kiky juga memiliki niat untuk kembali ke almamaternya, UMS, dan berkontribusi dalam pengembangan pendidikan di sana.

"Sebenarnya mereka meminta saya untuk studi PhD dulu. Karena sekarang akreditasi kan ya. Jadi kalau akreditasi di tiap univ kan, biar nilainya tinggi dia harus PhD, " ujarnya.

Perjuangan Kiky meraih mimpinya adalah bukti bahwa dengan tekad dan kerja keras, tidak ada yang mustahil. Ia adalah inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk berani bermimpi dan mengejar cita-cita setinggi mungkin. (Warta Kampus)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |