SEJARAH - Saat mendengar nama Gunung Padang, pikiran kita seketika melayang ke sebuah bukit eksotis di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Di sana, terhampar jejak peradaban purba yang memukau, terwujud dalam susunan batu-batu misterius.
Keajaiban Megalitikum Cianjur
Ciri khas utama situs megalitikum ini adalah batuan berbentuk kolom yang dikenal sebagai columnar joint. Struktur unik ini tersusun rapi membentuk lima teras di dinding bukit sisi utara, seolah menyambut setiap pengunjung yang telah menaklukkan tangga batu yang curam. Mendaki tangga utama, yang dalam bahasa Sunda disebut 'netek' atau terjal, jelas membutuhkan stamina prima. Namun, pemandangan yang tersaji di puncak sungguh sepadan dengan usaha yang dikeluarkan.
Penemuan Awal dan Penelitian Mendalam
Arkeolog Dr. Lutfi Yondri, M.Hum., dalam bukunya 'Situs Gunung Padang: Kebudayaan, Manusia, dan Lingkungan', mencatat bahwa situs ini pertama kali ditemukan oleh Verbeek pada tahun 1891. Keberadaannya kembali dicatat oleh Krom pada tahun 1914, sebelum serangkaian penelitian lanjutan dilakukan sejak penemuan kembali situs ini pada tahun 1979. Berbagai institusi, seperti Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Bandung, telah terlibat dalam upaya mengungkap tabir sejarahnya.
Verbeek | 1891 |
Krom | 1914 |
Fungsi pasti situs Gunung Padang di masa lalu masih menjadi subjek perdebatan. Dugaan awal Verbeek dan Krom yang menyebutkan sebagai lokasi penguburan belum sepenuhnya terkonfirmasi oleh struktur yang ditemukan kemudian. Namun, berdasarkan analisis geografis dan pola hidup masyarakat peladang zaman dahulu, Lutfi Yondri berhipotesis bahwa Gunung Padang berfungsi sebagai Punden Berundak, sebuah tempat sakral untuk pemujaan.
Dugaan ini semakin kuat dengan adanya sumur di dekat tangga dan sebuah menhir di teras teratas. "Bila hal itu dikaitkan dengan pola hidup masyarakat prasejarah yang hidup pada masa bercocok tanam yang telah mengembangkan budaya pengagungan arwah leluhur, terbuka kemungkinan fungsi situs Gunung Padang tersebut sebagai tempat pemujaan arwah leluhur, " tutur Lutfi, membuka cakrawala pemahaman kita.
Menguak Empat Gunung Padang Lainnya
Popularitas Gunung Padang di Cianjur memang tak terbantahkan. Namun, tahukah Anda bahwa Jawa Barat menyimpan tiga Gunung Padang lainnya? Mari kita telusuri jejak sejarah dan keunikan situs-situs yang tersebar di Kabupaten Bandung, Ciamis, dan Tasikmalaya.
Gunung Padang di Tanah Sunda: Keberagaman Lokasi dan Makna
Keberadaan situs bersejarah dengan nama yang sama di berbagai wilayah menunjukkan kekayaan budaya dan spiritual masyarakat Sunda di masa lalu. Setiap lokasi menawarkan narasi uniknya sendiri, mengundang kita untuk menyelami lebih dalam warisan leluhur.
Gunung Padang di Kabupaten Bandung: Situs Nagara Padang dan Tradisi Lokal
Terletak di Desa Rawabogo, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Gunung Padang ini menawarkan udara sejuk khas pegunungan. Di lerengnya berdiri Situs Nagara Padang, tempat di mana masyarakat setempat masih melestarikan tradisi tahunan seperti 'Miasih Bumi'. Perjalanan menuju situs ini dari alun-alun Ciwidey cukup singkat, namun aksesnya membutuhkan kendaraan yang andal, terutama saat musim hujan.
Situs Nagara Padang | Ciwidey | Bandung |
Setibanya di 'gerbang' situs, pendakian fisik dan spiritual pun dimulai. Sebanyak 17 lokasi bongkahan batu besar yang menjulang dari bumi diyakini merepresentasikan fase kehidupan manusia, dari kanak-kanak hingga kebijaksanaan. Batu-batu ini tersebar hingga ke puncak gunung setinggi 1150 mdpl, menawarkan pemandangan menakjubkan ke arah Waduk Saguling.
Gunung Padang di Kabupaten Ciamis: Jejak Kerajaan Galuh
Di Desa Sukaresik, Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis, berdiri Gunung Padang lain yang menyimpan artefak bersejarah. Penemuan arca Ganesha, Nandi, dan Yoni menjadi bukti keberadaan peradaban kuno di situs ini. Dr. Lutfi Yondri mengonfirmasi bahwa situs ini juga berfungsi sebagai punden berundak, tempat persembahan di masa silam.
Arca Ganesha | Gajah berbadan manusia |
Arca Nandi | Bentuk sapi |
Batu Yoni | Batu segi empat berlubang |
Masyarakat setempat meyakini situs ini sebagai 'Pangcalikan Ki Ajar Sukaresi', seorang raja Kerajaan Galuh dan ayah dari tokoh legendaris Sang Manarah atau Ciung Wanara. Nama Ki Ajar Sukaresi, atau Sri Raja Adi Mulya Permanadikusumah, tercatat dalam naskah Sunda kuno 'Carita Parahyangan'.
Gunung Padang di Kabupaten Tasikmalaya: Misteri Gunung Raja
Dikenal juga sebagai Gunung Raja, lokasi di Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya ini menyimpan temuan berupa tembikar, keramik, hingga fosil. Wilayah ini diyakini sebagai bekas tempat suci atau mandala, setingkat dengan 'kabuyutan'. Hingga kini, literatur sejarah dan kepurbakalaan yang mendalam mengenai situs ini masih terbatas, informasi lebih banyak diperoleh dari cerita warga setempat.
Tembikar | Hutan Lindung |
Keramik | Dikuasai Perhutani |
Fosil | Sekitar 60 km dari Kota Tasikmalaya |
Meskipun belum banyak tertulis dalam catatan sejarah formal, keberadaan Gunung Padang di Tasikmalaya tetap menjadi bagian penting dari narasi arkeologis dan budaya Jawa Barat, menunggu untuk digali lebih dalam.
Perbandingan Situs Gunung Padang
Setiap Gunung Padang memiliki karakteristik unik yang mencerminkan konteks geografis dan historisnya. Perbedaan dalam temuan arkeologis dan interpretasi fungsinya menunjukkan keragaman budaya dan kepercayaan masyarakat prasejarah di Jawa Barat.
Cianjur | Columnar joint, Teras | Pemujaan Arwah Leluhur (Punden Berundak) |
Bandung | Batu-batu fase kehidupan, Pemandangan Waduk Saguling | Tempat Ritual dan Spiritual |
Ciamis | Arca Ganesha, Nandi, Yoni | Pemujaan (Punden Berundak), Situs Kerajaan Galuh |
Tasikmalaya | Tembikar, Keramik, Fosil | Tempat Suci (Mandala/Kabuyutan) |
Keempat situs Gunung Padang ini, meskipun berbeda dalam penampakan dan temuan, sama-sama menawarkan jendela ke masa lalu yang kaya. Keberadaan mereka mengingatkan kita akan kedalaman sejarah peradaban di tanah Nusantara, sebuah warisan yang patut dijaga dan dipelajari.
Gunung Padang | Desa Karyamukti, Kec. Campaka, Kab. Cianjur | Teras batu, Columnar joint |
Situs Nagara Padang | Desa Rawabogo, Kec. Ciwidey, Kab. Bandung | Batu-batu besar fase kehidupan |
Gunung Padang | Desa Sukaresik, Kec. Cikoneng, Kab. Ciamis | Terstruktur punden berundak, artefak |
Gunung Padang/Gunung Raja | Kec. Cikatomas, Kab. Tasikmalaya | Temuan keramik, tembikar, fosil |
Menjelajahi keempat Gunung Padang ini seperti membaca bab-bab berbeda dari sebuah buku sejarah yang belum sepenuhnya terungkap. Setiap langkah di situs-situs ini terasa seperti menyentuh langsung jejak langkah nenek moyang kita.
Fase Pertama | Batu Cikahuripan, Batu Kaca-Kaca, Batu Palawangan Ibu, Batu Paibuan, Batu Panyipuhan, Batu Poponcoran |
Fase Kedua | Batu Saadeg, Batu Gedong Peteng, Batu Karaton, Batu Kutarungu |
Fase Ketiga | Batu Masjid Agung, Batu Bumi Agung, Batu Korsi Gading, Batu Pakuwon Prabu Siliwangi, Batu Lawang Tujuh, Batu Leuit Salawe Jajar, Puncak Manik |
Pengalaman mengunjungi situs-situs ini bukan sekadar perjalanan wisata, melainkan sebuah undangan untuk merenungi sejarah, budaya, dan spiritualitas yang membentuk identitas kita. Saya pribadi merasakan getaran keagungan saat berada di sana, seolah terhubung dengan energi purba yang masih tersimpan.
Arca Ganesha | Simbol kebijaksanaan dan kesuburan |
Arca Nandi | Wahana Dewa Siwa, simbol kesetiaan |
Batu Yoni | Simbol feminin, kesuburan, atau dasar pemujaan |
Keberagaman situs Gunung Padang ini menjadi bukti betapa kaya dan kompleksnya sejarah peradaban di Jawa Barat. Setiap situs menawarkan perspektif unik yang memperkaya pemahaman kita tentang masa lalu.
Gunung Padang (Cianjur) | Kendaraan Pribadi | Tangga terjal 'netek' atau tangga landai |
Situs Nagara Padang (Bandung) | Kendaraan pribadi, Ojek khusus saat hujan | Jalan setapak, kadang licin dan berlumpur |
Gunung Padang (Ciamis) | Tidak disebutkan secara spesifik | Tidak disebutkan secara spesifik |
Gunung Padang/Gunung Raja (Tasikmalaya) | Tidak disebutkan secara spesifik | Berada di wilayah hutan lindung |
Perjalanan ke setiap Gunung Padang adalah sebuah petualangan yang tak terlupakan, membuka wawasan tentang warisan budaya yang tak ternilai. (PERS)