Ngopi, Silaturahmi, dan Sukabumi Mubarokah: Ajakan Iman Adinugraha untuk Wabup Andreas di Tengah Warga

3 days ago 9

Sukabumi, - Muara Citepus nggak cuma cerah, tapi juga penuh warna. Langit biru dihiasi layangan tradisional yang terbang tinggi, membawa semangat Hari Jadi Kabupaten Sukabumi ke-155. Tapi bukan cuma layangan yang bikin suasana hidup—ada UMKM lokal, anak-anak muda kreatif, dan komunitas Blades yang bikin festival ini jadi lebih dari sekadar acara budaya.

Di tengah keramaian, Anggota DPR RI Iman Adinugraha tampil santai tapi penuh makna.

“Jika Pak Wabup suntuk, bisa ngopi dan malam mingguan di sini bersama warga, ” ucap Iman, sambil tersenyum di tengah kerumunan komunitas UMKM.

Ajakan itu bukan basa-basi. Iman berharap, kalau Wakil Bupati Andreas lagi ada di Palabuhanratu atau nginap di rumah dinas, bisa mampir ke Muara. Duduk bareng warga, ngopi santai, ngobrol ringan—karena dari obrolan kayak gitu, banyak hal bisa dibaca dan diselesaikan tentang berbagai persoalan di masuarakat.

“Kedekatan dengan masyarakat membuat kita bisa merasakan dan memahami dari berbagai sisi keluh kesah mereka. Dari cerita yang kita dengar dan kita saksikan, kita bisa ambil langkah yang strategis untuk mengatasi berbagai persoalan, ” katanya.

Di Muara, kopi bukan cuma minuman. Ia jadi jembatan silaturahmi. Layangan bukan sekadar mainan, tapi simbol arah dan harapan. Dan Blades bukan cuma komunitas, tapi ruang kreatif yang menjaga tradisi sambil merambah dunia digital.

Layangan: Filosofi yang Terbang Tinggi

Dari sisi psikologi sosial, layangan itu ngajarin tentang koneksi. Tali yang mengikatnya ke tangan bukan batas, tapi penghubung antara kita dan orang lain. Semua orang—anak kecil, orang tua, pejabat, pedagang—nengok ke langit yang sama, berbagi angin dan tawa.

Secara filosofis, layangan itu reminder. Kita boleh terbang tinggi, tapi jangan lupa sama tanah tempat kita berpijak. Di era digital yang serba cepat, layangan ngajak kita buat tetap slow, tetap terhubung, dan tetap tahu arah.

Blades: Tradisi yang Melek Zaman

Blades, komunitas penggerak festival ini, bukan sekadar organisasi. Mereka jaga warisan lokal, tapi juga adaptif sama zaman.

“Blades terbuka untuk siapa saja. Karena pada intinya Blades adalah organisasi masyarakat yang mengangkat potensi dan mempertahankan tradisi kearifan lokal, ” jelas Iman.

Sekarang Blades aktif di dunia digital. Anak muda diajak buat bikin konten kreatif, video pendek, dan kampanye sosial yang nyambung sama nilai-nilai lokal.

“Saya dorong Blades buat jadi wadah masyarakat yang mandiri, kreatif, dan tetap jaga silaturahmi, ” tambah Iman, sejalan sama semangat Sukabumi Mubarokah yang terus ia gaungkan.

Dari Muara ke Masa Depan

Festival ini bukan cuma soal langit yang penuh warna, tapi juga tentang tanah yang penuh harapan. UMKM jalan, anak muda berkarya, dan pemimpin turun tangan. Di Muara Citepus, Sukabumi nggak cuma nostalgia—tapi juga nyusun masa depan. Dengan layangan sebagai simbol, dan ngopi bareng sebagai cara menyapa hati rakyat.

Read Entire Article
Karya | Politics | | |