Pedagang Kelontong di Kabupaten Semarang Keluhkan Maraknya Ritel Modern, Pemerintah Diminta Turun Tangan

3 days ago 9

Kabupaten Semarang - Keluhan pedagang kelontong kian menggema di berbagai sudut Kabupaten Semarang. Mereka menyoroti semakin maraknya keberadaan toko ritel modern seperti Indomaret dan Alfamart yang tumbuh pesat hingga ke pelosok desa. Kondisi ini dinilai semakin menekan usaha kecil yang bergantung pada pelanggan setempat.

Dalam beberapa tahun terakhir, ekspansi jaringan ritel modern di Kabupaten Semarang terlihat masif. Gerai baru bermunculan dengan mudah di dekat permukiman, bahkan hanya berjarak ratusan meter dari warung-warung tradisional. Pedagang kecil pun mengaku semakin sulit bertahan.

Suara Pedagang Kelontong: Omzet Anjlok

Siti Mariyam (43), pemilik warung kelontong di wilayah Bergas, mengaku omzetnya menurun drastis sejak dua minimarket berdiri tak jauh dari rumahnya.

“Dulu orang belanja ke warung sini, tapi sekarang lebih banyak ke Indomaret atau Alfamart. Mereka memang nyaman, ada AC, lengkap, dan banyak promo. Kami yang kecil-kecil ini jadi sepi, ” keluhnya, Jum'at (12/9/2025).

Keluhan serupa datang dari pedagang di Kecamatan Ungaran Barat. Menurut mereka, meski warung kelontong menyediakan barang kebutuhan harian yang sama, daya saing semakin berat karena ritel modern mampu menawarkan potongan harga dan program promo yang sulit ditandingi usaha kecil.

Ritel Modern Menjamur, Regulasi Dipertanyakan

Maraknya ritel modern di Kabupaten Semarang menimbulkan pertanyaan soal regulasi perizinan. Sejumlah pedagang menilai pemerintah daerah perlu meninjau ulang izin pendirian minimarket yang letaknya berdekatan dengan warung kelontong.

“Kalau dibiarkan, lama-lama pedagang tradisional bisa gulung tikar. Padahal, usaha kecil ini yang sejak lama menjadi penopang ekonomi keluarga, ” ungkap Supriyanto, seorang tokoh masyarakat di Kecamatan Tuntang.

Pemkab Semarang Diminta Hadirkan Solusi

Menanggapi keluhan itu, kalangan pedagang meminta Pemerintah Kabupaten Semarang tegas mengawasi ekspansi ritel modern. Selain penataan lokasi, mereka berharap ada perlindungan nyata bagi pedagang kecil, misalnya dengan program subsidi, pelatihan manajemen usaha, atau regulasi zonasi yang lebih ketat.

Menurut pengamat ekonomi lokal, keberadaan ritel modern memang tidak bisa dihindari, namun perlu ada keseimbangan.

“Pemerintah harus menjadi penengah. Ritel modern bisa berjalan, tapi jangan sampai mematikan warung tradisional yang menyerap tenaga kerja lokal dan menjadi bagian dari kultur masyarakat, ” jelas Ahmad Syafii, dosen ekonomi dari sebuah perguruan tinggi di Ungaran.

Harapan Pedagang

Di tengah keterdesakan itu, para pedagang kelontong berharap pemerintah daerah segera mendengarkan suara mereka. “Kami tidak menolak ritel modern, tapi kami ingin ada keadilan. Jangan sampai kami mati perlahan di rumah sendiri, ” ujar Mariyam lirih.

Catatan:

Fenomena ini bukan sekadar soal persaingan dagang, tetapi juga menyangkut keberlangsungan ekonomi rakyat kecil yang selama ini menjadi denyut nadi pasar lokal di Kabupaten Semarang. Persoalan regulasi dan kebijakan ke depan akan menentukan apakah warung kelontong tetap bisa bertahan di tengah gempuran ritel modern.

Penyalur Suara Rakyat: Redaksi (JIS)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |