Polres Karawang - Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat kerawanan bencana alam tertinggi di dunia. Letak geografis di jalur cincin api Pasifik serta kondisi iklim tropis menyebabkan bencana seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, hingga angin puting beliung kerap melanda berbagai daerah, termasuk wilayah Kabupaten Karawang. Menyikapi hal tersebut, Kompol Gilang Akbar, S.I.K., Serdik Sespimmen Dikreg ke-65 Gelombang II T.A. 2025, menegaskan pentingnya sinergi kuat antara Polri dan pemerintah daerah dalam membangun sistem penanggulangan bencana yang cepat, tepat, dan humanis.
Sebagai perwira yang pernah mengabdi di Polres Karawang, Kompol Gilang memahami secara langsung kondisi geografis wilayah yang rentan terhadap bencana, terutama banjir dan puting beliung di daerah pesisir serta longsor di wilayah selatan Karawang. Menurutnya, keberhasilan penanganan bencana tidak bisa dilakukan secara sektoral, tetapi harus melibatkan semua elemen – mulai dari pemerintah daerah, TNI, BPBD, hingga masyarakat.
Dalam pandangan ilmiahnya, Polri memiliki peran strategis di seluruh tahapan penanggulangan bencana, mulai dari pra-bencana hingga pascabencana. Pada tahap pra-bencana, kepolisian harus aktif melakukan mitigasi dan edukasi masyarakat melalui sosialisasi, simulasi tanggap darurat, serta pembinaan di tingkat desa. Melalui peran Bhabinkamtibmas, Polres Karawang dapat menjadi penghubung antara aparat pemerintah, relawan, dan warga dalam membangun kesiapsiagaan terhadap potensi bencana di lingkungan masing-masing.
Saat bencana terjadi, lanjut Kompol Gilang, Polri menjadi garda terdepan dalam operasi kemanusiaan. Personel kepolisian dituntut tidak hanya menjaga keamanan, tetapi juga terlibat langsung dalam proses evakuasi korban, pengaturan lalu lintas, pendistribusian logistik, dan pelayanan kesehatan darurat. Dalam situasi krisis, sinergi dengan pemerintah daerah dan BPBD menjadi faktor kunci agar penanganan berjalan terkoordinasi dan efektif.
“Penanganan bencana bukan sekadar soal kecepatan merespons, tapi juga soal koordinasi, empati, dan kehadiran negara di tengah masyarakat yang terdampak. Polri harus menjadi bagian dari solusi kemanusiaan, ” ungkap Kompol Gilang.
Setelah bencana berlalu, tahap rehabilitasi dan rekonstruksi menjadi perhatian utama. Polisi berperan dalam menjaga keamanan distribusi bantuan, mengawasi proses pembangunan infrastruktur pascabencana, hingga memberikan pendampingan psikologis bagi warga yang mengalami trauma. Pendekatan humanis inilah, menurut Kompol Gilang, yang membedakan Polri modern — bukan hanya penegak hukum, tetapi juga pelindung dan pengayom masyarakat dalam arti sesungguhnya.
Sebagai contoh, Polres Karawang dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan respons cepat saat banjir melanda wilayah Kecamatan Telukjambe, Batujaya, dan Pakisjaya. Personel diterjunkan untuk mengevakuasi warga, mendirikan posko pengungsian, serta menyalurkan bantuan bersama pemerintah daerah dan unsur TNI. Menurut Kompol Gilang, praktik seperti inilah yang harus terus diperkuat melalui sistem komando terpadu dan pelatihan lintas sektor.
Lebih jauh, Kompol Gilang menekankan bahwa sinergi Polri dan pemerintah daerah dalam penanganan bencana merupakan wujud nyata dari kehadiran negara di saat masyarakat membutuhkan. Dengan perencanaan yang matang, koordinasi lintas instansi, serta semangat kemanusiaan yang tinggi, Polres Karawang dapat menjadi model kolaborasi yang efektif dalam penanggulangan bencana.
“Bencana tidak bisa dihindari, tapi dampaknya bisa diminimalkan. Kuncinya adalah kesiapan, kolaborasi, dan kepedulian, ” tutup Kompol Gilang Akbar. (Lex)