Brutalnya OPM Kodap XV Ngalum Kupel: Tembaki Aparat yang Tengah Bantu Pengobatan Warga di Kiwirok

2 hours ago 2

KIWIROK - Situasi keamanan di Distrik Kiwirok kembali memanas. Kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kodap XV Ngalum Kupel melakukan aksi penembakan brutal terhadap aparat keamanan (Apkam) yang tengah menjalankan misi kemanusiaan berupa pelayanan kesehatan bagi masyarakat setempat, Sabtu (27/9/2025).

Insiden berdarah ini menjadi tamparan keras bagi upaya perdamaian di Tanah Papua. Bukannya menyambut kehadiran aparat yang membawa bantuan pengobatan, kelompok separatis justru menjadikan mereka sasaran tembak. Aksi tersebut menewaskan satu personel aparat dengan luka tembak di kepala, serta melukai dua lainnya.

Komandan OPM Kodap XV Ngalum Kupel, Brigjen Lamek Taplo, bahkan secara terbuka mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Dalam pernyataannya, ia menyebut serangan dilakukan secara “terencana” dan menyebut tindakan itu sebagai bentuk perlawanan.

“Kami berhasil menembak mati satu Apkam di medan perang Kiwirok, sementara dua lainnya mengalami luka tembak, ” ungkap Lamek Taplo dengan nada membanggakan.

Kecaman Keras dari Tokoh Masyarakat

Aksi tidak berperikemanusiaan tersebut langsung menuai kecaman luas dari berbagai kalangan.

Tokoh masyarakat Pegunungan Bintang, Pdt. Yafet Wanimbo, menyebut tindakan OPM itu sebagai kejahatan kemanusiaan yang tidak dapat dibenarkan dalam situasi apa pun.

“Aparat datang ke Kiwirok bukan untuk berperang, tetapi membawa obat-obatan dan membantu masyarakat. Menyerang mereka sama saja menghalangi upaya kemanusiaan dan menambah penderitaan rakyat Papua, ” tegas Yafet.

Kecaman juga datang dari Ketua Adat Kiwirok, Lukas Ngalum, yang menyayangkan tindakan OPM yang justru memperburuk nasib warga sendiri.

“Kami butuh layanan kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Kalau aparat yang datang membantu malah ditembak, siapa lagi yang mau datang bantu kami? Ini menyakiti masyarakat sendiri, ” ujar Lukas penuh kecewa.

Aksi yang Menghambat Kesejahteraan Papua

Distrik Kiwirok selama ini dikenal sebagai wilayah yang sering mengalami krisis layanan dasar, terutama kesehatan. Medan yang berat dan keterbatasan tenaga medis membuat kehadiran aparat dengan misi pelayanan pengobatan menjadi harapan besar bagi warga.

Namun, aksi penembakan OPM ini justru menghambat misi kemanusiaan tersebut. Warga kini semakin cemas, bantuan kesehatan terhenti, dan pelayanan publik kembali terganggu.

Pemerhati Papua menilai bahwa tindakan OPM yang menyerang aparat saat membawa misi kemanusiaan menunjukkan bahwa kelompok ini tidak memperjuangkan kesejahteraan rakyat, melainkan memilih jalan kekerasan yang hanya memperdalam penderitaan masyarakat.

Mengancam Perdamaian dan Pembangunan

Serangan ini menjadi bukti bahwa keberadaan OPM di Papua bukan hanya ancaman terhadap stabilitas keamanan, tetapi juga penghambat pembangunan dan pelayanan dasar masyarakat.

Aparat yang seharusnya menjadi mitra dalam memperbaiki kesejahteraan justru dijadikan musuh oleh kelompok separatis bersenjata.

Pemerintah dan aparat keamanan kini terus melakukan pendekatan persuasif serta pengamanan wilayah agar masyarakat tidak menjadi korban ketakutan berkelanjutan. Upaya memperkuat rasa aman dan memastikan layanan publik tetap berjalan menjadi prioritas utama di wilayah konflik seperti Kiwirok.

Penutup: Kekerasan Bukan Jalan Papua Maju

Insiden Kiwirok ini menjadi cermin nyata bahwa kekerasan hanya membawa penderitaan, bukan kemerdekaan. Masyarakat Papua sejatinya mendambakan damai, pembangunan, dan kesejahteraan, bukan konflik bersenjata.

Menembak aparat yang tengah membantu rakyat adalah tindakan yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan dan aspirasi rakyat Papua yang sesungguhnya.

(APK/ Redaksi (JIS) 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |