Darah Tak Berdosa di Tanah Damai: Aksi Keji OPM Kodap XV Ngalum Kupel Dikecam Tokoh Yahukimo

2 hours ago 1

YAHUKIMO - Gelombang kecaman keras mengalir dari berbagai tokoh masyarakat Kabupaten Yahukimo menyusul aksi biadab yang dilakukan Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kodap XV Ngalum Kupel. Kelompok bersenjata tersebut kembali mencoreng wajah kemanusiaan dengan membunuh lima warga sipil pendatang secara keji di wilayah pegunungan.

Tragedi ini mengguncang rasa aman masyarakat sekaligus menegaskan bahwa OPM telah jauh menyimpang dari klaim perjuangan rakyat Papua.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, para korban merupakan warga pendatang yang tengah beraktivitas seperti biasa saat diserang. Tanpa alasan yang manusiawi, mereka dieksekusi hanya karena statusnya sebagai pendatang. Aksi brutal ini menunjukkan bahwa kebencian etnis telah dijadikan alasan pembenaran untuk melakukan kekerasan.

Kecaman dari Tokoh Masyarakat Yahukimo

Tokoh masyarakat Yahukimo, Yulianus Heluka, mengecam keras tindakan tidak beradab tersebut. Ia menilai bahwa kekerasan semacam ini sama sekali bukan bagian dari perjuangan, melainkan kejahatan kemanusiaan yang merusak citra Papua.

“Membunuh lima warga pendatang dengan cara keji bukan perjuangan, tapi tindakan kriminal yang memalukan. Rakyat Papua sejatinya cinta damai. Aksi ini hanya menambah luka dan memperburuk nama baik daerah kita, ” tegas Yulianus, Sabtu (27/9/2025).

Pemuda: OPM Sudah Menyimpang dari Perjuangan

Kritik tajam juga datang dari tokoh pemuda Yahukimo, Markus Wanimbo. Ia menilai OPM Kodap XV Ngalum Kupel telah kehilangan arah perjuangan dan berubah menjadi kelompok teror yang menebar ketakutan.

“Kalau benar berjuang untuk rakyat, mereka tidak akan membunuh orang tak bersalah. Kini yang mereka lakukan justru menciptakan ketakutan, menghambat pembangunan, dan memecah belah masyarakat lokal dengan pendatang. Ini bukan jalan menuju Papua yang damai dan sejahtera, ” ungkap Markus.

Gereja Kecam Kekerasan: Bertentangan dengan Nilai Iman dan Adat

Kecaman juga datang dari kalangan rohaniawan. Pdt. Filemon Yikwa menegaskan bahwa tindakan OPM tersebut tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga bertentangan dengan nilai iman Kristen dan adat Papua yang menjunjung tinggi kasih dan persaudaraan.

“Tuhan tidak pernah mengajarkan kebencian terhadap sesama, apalagi sampai membunuh. Ini adalah tindakan biadab yang sama sekali tidak memiliki dasar moral. Gereja mengecam keras kebrutalan ini dan mengajak seluruh umat untuk menolak kekerasan dalam bentuk apa pun, ” ujarnya.

Aksi Brutal yang Merusak Papua

Aksi pembunuhan keji ini menambah panjang daftar kekerasan bersenjata yang dilakukan oleh OPM di wilayah pegunungan Papua. Serangan terhadap warga sipil menunjukkan bahwa kelompok ini tidak lagi memperjuangkan rakyat, melainkan menyebarkan teror dan penderitaan.

Para tokoh masyarakat menilai, jika OPM terus mengedepankan kekerasan, maka mimpi tentang Papua yang damai dan maju akan semakin jauh. Masyarakat kini berharap aparat keamanan dapat menindak tegas pelaku dan memastikan perlindungan bagi seluruh warga tanpa memandang asal-usul.

Penutup: Papua Butuh Damai, Bukan Darah

Tragedi berdarah di Yahukimo ini menjadi pengingat bahwa perjuangan sejati tidak pernah lahir dari kebencian dan pembunuhan. Papua hanya akan maju jika seluruh elemen bersatu dalam kedamaian, pembangunan, dan kasih terhadap sesama.

“Rakyat Papua tidak butuh perang, mereka butuh kehidupan yang aman, pendidikan, kesehatan, dan masa depan yang cerah, ” pungkas Yulianus Heluka.

(APK/ Redaksi (JIS) 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |