Lubuk Basung, Sumbar. – Siang itu, Rabu (20/8/2025), Balai Nagari Garagahan terlihat lebih ramai dari biasanya. Ibu-ibu PKK, tokoh masyarakat, hingga pelaku UMKM duduk berjejer dengan wajah penuh rasa ingin tahu. Mereka bukan sekadar berkumpul, melainkan menanti ilmu baru dari tamu istimewa: mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Negeri Padang (Unes) kelompok 22.
Di hadapan sekitar 30 peserta, para mahasiswa ini membawa gagasan sederhana namun berharga—bagaimana beras bisa berubah menjadi sabun alami, dan bagaimana wortel bisa diolah menjadi selai lembaran yang tahan lama.
Dua inovasi itu hadir bukan sekadar untuk dipraktikkan, tapi untuk memberi harapan baru bagi ekonomi desa.
Salah seorang mahasiswa dengan penuh semangat menunjukkan cara mencampur bahan sabun. Ibu-ibu pun mengangguk, sesekali tersenyum, sambil membayangkan produk baru yang bisa mereka buat sendiri.
“Sabun beras ini ramah lingkungan, aman untuk kulit, dan tentu bisa dijual, ” ujar Defri, salah seorang mahasiswa.
Kata-katanya membuat beberapa peserta saling berbisik, seolah mulai menghitung peluang rupiah dari butiran beras yang sehari-hari mereka masak.
Setelah itu, giliran wortel yang menjadi sorotan. Dengan teknik sederhana, sayuran yang kerap berlebih saat panen diolah menjadi selai berbentuk lembaran. Warnanya oranye segar, aromanya manis alami.
“Biasanya wortel kalau berlebih banyak terbuang, sekarang bisa jadi makanan praktis dan punya nilai jual, ” kata Yessi seorang ibu PKK sambil tersenyum bangga memegang hasil olahan pertamanya.
Setelah tau cara mengolah wortel menjadi sebuah produk bernilai jual tinggi setelah diolah , para peserta pelatihan menjadi terinspirasi untuk menjadikan wortel bukan sekadar sayuran atau camilan saja, melainkan jalan keluar dari kerugian pascapanen, dan sebuah peluang usaha baru penambah ekonomi keluarga.
Walinagari Garagahan, Darmalion S.Sos., M.M., yang turut hadir, menilai kegiatan ini sebagai langkah kecil namun berdampak besar.
“Ini bukan hanya pelatihan, tapi jalan bagi UMKM kita untuk berkembang, ” ujarnya tegas.
Senada dengan itu Dosen pembimbing lapangan, Prof.Dr.Ir I Ketut budaraga M.Si pun menambahkan bahwa kolaborasi ini penting untuk melahirkan wirausaha baru.
“Mahasiswa hadir tidak sekadar belajar, tapi memberi solusi. Inovasi seperti ini bisa menjadi bekal kemandirian masyarakat, ” ungkapnya.
Hari itu, ibu-ibu pulang dengan tangan penuh catatan dan hasil praktik. Namun lebih dari itu, mereka membawa pulang semangat baru. Semangat bahwa dengan sedikit kreativitas, bahan sederhana bisa menjadi produk bernilai tinggi.
Bagi mahasiswa KKN kelompok 22, kegiatan ini bukan hanya pengabdian, melainkan pengalaman berharga tentang arti membangun desa dari hal-hal kecil. Dan bagi masyarakat Garagahan, inilah awal langkah menuju UMKM yang lebih hidup, mandiri, dan berdaya saing.
kegiatan pelatihan juga turut dihadiri oleh Dr. Eddwina Aidila Fitria S.TP.M.Si, , Dr.Ir Nita Yessirita MP, , Dr. Leffy Hermalena S.Pi., M.Si, , Ir. Inawaty Sidabalok. sebagai dosen pembimbing dan pengawas.
(Berry)