PANGKEP SULSEL - Di balik hamparan laut, pegunungan kapur, dan rawa yang luas di Kabupaten Pangkep, tersimpan potensi besar yang belum sepenuhnya tergali. Potensi ini bukan hanya soal sumber daya alam, tetapi juga tentang kearifan lokal, budaya, dan semangat gotong royong yang telah diwariskan secara turun-temurun. Sayangnya, banyak dari kekayaan ini belum terdokumentasi dan dimaksimalkan secara ilmiah. Di sinilah peran anak muda menjadi sangat penting—sebagai peneliti, pemikir, dan penggerak perubahan.
Anak muda Pangkep sesungguhnya memiliki energi dan kreativitas luar biasa. Namun, energi ini perlu diarahkan ke dalam ruang-ruang riset yang menyentuh persoalan nyata masyarakat. Riset bukan hanya milik akademisi atau institusi besar. Anak muda dari desa hingga kota, dari siswa hingga mahasiswa, bisa memulai riset kecil-kecilan yang berdampak besar bagi lingkungannya.
Contohnya sederhana—mengamati bagaimana pola tanam petani berubah karena iklim, menggali potensi daun kelor sebagai produk kesehatan, atau mencatat proses pembuatan garam tradisional. Hal-hal kecil ini, bila didokumentasikan dengan baik, bisa menjadi fondasi ilmu pengetahuan lokal yang kuat, sekaligus bahan kebijakan pemerintah ke depan.
Masalahnya bukan pada kurangnya potensi, tetapi kurangnya ruang bagi anak muda untuk tumbuh dan berekspresi dalam ranah riset. Banyak yang tidak tahu harus mulai dari mana. Banyak pula yang tidak yakin apakah suara dan temuannya akan didengar. Maka dibutuhkan dukungan konkret—dari pemerintah daerah, sekolah, lembaga, dan tokoh masyarakat—untuk membangun budaya riset sejak dini.
Riset bukan hanya soal mencari data, tetapi soal memahami hidup dan harapan masyarakat. Dengan meriset, anak muda belajar untuk mendengar lebih dalam, melihat lebih jeli, dan berpikir lebih strategis. Mereka menjadi lebih peka terhadap masalah, tetapi juga lebih mampu menawarkan solusi yang berbasis lokal.
Kita tak perlu menunggu teknologi canggih atau dana besar untuk memulai. Cukup dengan rasa ingin tahu, kemauan belajar, dan semangat cinta daerah, riset sudah bisa berjalan. Bahkan dengan ponsel sederhana, anak muda bisa mendokumentasikan proses pembuatan ikan asin, perubahan ekosistem laut, atau praktik pertanian lokal yang ramah lingkungan.
Lebih jauh lagi, keterlibatan anak muda dalam riset akan menumbuhkan rasa memiliki terhadap daerahnya. Mereka tidak akan mudah tergoda untuk meninggalkan kampung halaman demi mengejar peluang di kota besar, karena mereka tahu bahwa tanah kelahiran mereka punya harapan dan masa depan yang layak diperjuangkan.
Bayangkan jika setiap dusun punya satu kelompok riset pemuda. Bayangkan jika hasil riset mereka dijadikan pameran, disampaikan dalam forum kebijakan, atau dijadikan dasar pembentukan program desa. Maka Pangkep bukan hanya akan dikenal karena sumber dayanya, tetapi karena anak mudanya yang cerdas, peduli, dan visioner.
Langkah kecil seperti pelatihan riset desa, lomba penulisan potensi lokal, atau pelibatan pelajar dalam program kemasyarakatan bisa menjadi awal. Yang dibutuhkan hanyalah kemauan bersama untuk menghidupkan semangat riset dari bawah, dari hati yang mencintai kampung halamannya.
Tidak ada daerah yang berkembang tanpa pengetahuan. Dan tidak ada pengetahuan yang tumbuh tanpa riset. Maka, jangan biarkan potensi lokal Pangkep menjadi cerita yang hilang karena tak pernah ditulis, tak pernah diteliti, dan tak pernah diperjuangkan oleh generasinya sendiri.
Riset adalah bentuk cinta yang paling dalam terhadap tanah air. Ia bukan hanya menjelaskan apa yang ada, tetapi juga menanam harapan tentang apa yang bisa terjadi. Anak muda Pangkep punya kesempatan untuk menjadi pelaku sejarah itu—bukan hanya penonton, apalagi korban.
Mari dukung keterlibatan anak muda dalam riset. Mari buka ruang-ruang diskusi, laboratorium terbuka, kegiatan eksplorasi, dan dokumentasi budaya yang melibatkan mereka secara langsung. Karena dari sinilah perubahan sejati lahir—dari tanah sendiri, oleh tangan sendiri, untuk masa depan bersama.
Inilah saatnya. Bukan besok, bukan nanti. Anak muda Pangkep harus bangkit—menggali, mencatat, meriset, dan membangun Pangkep dari potensi lokalnya yang tak ternilai. Karena masa depan daerah ini bukan ditentukan oleh orang lain, tetapi oleh generasinya sendiri yang peduli dan berani bermimpi.
Pangkep 27 Juli 2025
Herman Djide
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan