Inspirasi dari Negara Thailand, Herman Djide: Bangun Desa Mandiri dan Tangguh Ekonomi 

4 hours ago 2

PANGKEP SULSEL - Sebuah inspirasi dari Negara Thailand dalam membangun desa, negara itu menunjukkan bahwa kemandirian dan pemberdayaan masyarakat jauh lebih penting daripada sekadar bantuan dana. Konsep pembangunan desa di Thailand berakar pada filosofi “Sufficiency Economy” atau ekonomi cukup, yang menekankan keseimbangan antara kebutuhan dan kemampuan. Prinsip ini menjadikan masyarakat desa tidak bergantung, tetapi mampu berdiri di atas kaki sendiri.

Thailand menyadari bahwa kekuatan desa bukan hanya pada tanahnya yang subur, tetapi pada manusianya yang mau belajar dan berinovasi. Karena itu, mereka membangun ribuan pusat pelatihan desa untuk mengajarkan teknologi pertanian, pengolahan hasil, hingga pemasaran produk lokal. Hasilnya, masyarakat desa tidak hanya menanam dan menjual hasil mentah, tetapi mampu menciptakan nilai tambah melalui produk olahan yang menarik dan bernilai ekonomi tinggi.

Salah satu contoh sukses yang menginspirasi adalah program One Tambon One Product (OTOP). Setiap desa di Thailand diarahkan untuk mengembangkan satu produk unggulan khas daerahnya. Pemerintah memberi dukungan berupa pelatihan, promosi, hingga kemudahan ekspor. Melalui OTOP, desa-desa Thailand menjadi pusat kreativitas ekonomi. Produk kerajinan, makanan tradisional, hingga herbal desa kini dikenal hingga luar negeri. Ini menunjukkan bahwa pembangunan desa bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga ruang bagi kreativitas warga.

Selain ekonomi, Thailand juga serius membangun infrastruktur dasar desa seperti jalan, irigasi, sekolah, dan fasilitas kesehatan. Namun yang menarik, pembangunan fisik tidak pernah dilepaskan dari pemberdayaan manusia. Pemerintah sadar bahwa jalan yang bagus tak berarti apa-apa tanpa masyarakat yang berdaya. Maka, setiap pembangunan selalu disertai program peningkatan kapasitas masyarakat agar mereka bisa mengelola dan memanfaatkan hasil pembangunan itu sendiri.

Koperasi dan lembaga keuangan desa juga menjadi pilar penting di Thailand. Melalui Bank Pertanian dan Koperasi, petani dapat memperoleh pinjaman lunak untuk mengembangkan usaha tanpa terjerat rentenir. Uang yang berputar di desa tetap kembali ke masyarakat desa, bukan lari ke kota. Sistem ini menumbuhkan rasa saling percaya dan solidaritas antarwarga, sesuatu yang sering kali hilang di masyarakat modern.

Keberhasilan Thailand juga tak lepas dari kemitraan yang solid antara pemerintah, perguruan tinggi, dan sektor swasta. Kolaborasi ini menghasilkan inovasi pertanian, wisata desa, hingga teknologi tepat guna. Universitas berperan melakukan riset, pemerintah menyediakan kebijakan pendukung, dan swasta membantu membuka pasar. Model ini dikenal sebagai Triple Helix, dan terbukti mampu mempercepat kemajuan desa.

Menariknya lagi, desa-desa Thailand kini banyak yang bertransformasi menjadi eco-village atau desa hijau. Mereka memanfaatkan energi terbarukan, mengelola sampah secara mandiri, dan mengembangkan wisata berbasis alam serta budaya. Masyarakatnya sadar lingkungan, menghargai tradisi, dan hidup berdampingan dengan alam tanpa merusak. Desa tidak lagi dianggap tertinggal, justru menjadi contoh kehidupan berkelanjutan yang diidamkan kota.

Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang jauh lebih besar dari Thailand, baik dari sisi sumber daya alam maupun budaya lokal. Hanya saja, kunci keberhasilan bukan pada banyaknya dana, melainkan pada cara berpikir masyarakat desa. Jika warga desa mampu menumbuhkan semangat mandiri, inovatif, dan percaya diri seperti di Thailand, maka desa di Indonesia pun bisa menjadi pusat ekonomi baru yang berdaya saing tinggi.

Sudah saatnya kita belajar dari Thailand bahwa desa tidak perlu menunggu dikasih bantuan untuk maju. Yang dibutuhkan adalah perubahan pola pikir: dari menunggu menjadi bergerak, dari konsumtif menjadi produktif, dan dari bergantung menjadi mandiri. Ketika desa mandiri, maka bangsa akan berdiri tegak di atas kekuatannya sendiri.

Pangkep 7 Oktober 2025

Herman Djide 

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |