JAKARTA - Terobosan cerdas untuk mengatasi tantangan klasik dalam pengembangan proyek energi dari sampah atau waste to energy (WTE) kini mengemuka. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Bobby Gafur Umar, menyuarakan optimisme bahwa pelibatan aktif pemerintah daerah (pemda) dalam menyediakan lahan adalah kunci utama.
"Waste to energy yang sekarang itu solusi yang paling bagus menurut saya, karena lahan disediakan oleh pemda, " ujar Bobby dalam sebuah kesempatan di sela Indonesia International Sustainability Forum, di Jakarta, Jumat (10/10/2025).
Selama ini, ketersediaan lahan menjadi batu sandungan terbesar dalam mewujudkan proyek pengolahan sampah menjadi listrik. Bobby menjelaskan, untuk mengelola sedikitnya seribu ton sampah per hari saja, dibutuhkan area lahan seluas kurang lebih lima hektare. Angka ini mencakup kebutuhan pabrik, kantor, akses jalan, dan fasilitas pendukung lainnya.
Ia menambahkan, idealnya lahan tersebut berada di wilayah yang menghasilkan sampah itu sendiri. Namun, di daerah-daerah padat penduduk seperti Jakarta, menemukan lahan yang memadai menjadi pekerjaan berat karena keterbatasannya.
Oleh karena itu, kesediaan pemda untuk turut menyiapkan lahan dalam mendukung program WTE dipandang Bobby sebagai solusi jitu yang dapat mempermudah langkah investor. Selama ini, investor kerap kali menghadapi kerumitan luar biasa dalam proses pembebasan lahan.
"Investor acapkali mengalami kesulitan untuk mengeksekusi sebuah program apabila harus melakukan pembebasan lahan, " kata Bobby.
Masalah yang kerap muncul, lanjutnya, meliputi demonstrasi, tumpang tindih sertifikat kepemilikan, hingga kompleksitas hukum lainnya. Bobby menegaskan, "Yang paling sulit di Indonesia adalah akuisisi lahan."
Senada dengan Bobby, CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia), Rosan Roeslani, memaparkan skala proyek WTE. Pembangunan stasiun Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) di 33 kota di seluruh Indonesia diproyeksikan membutuhkan investasi total sekitar Rp91 triliun.
Setiap stasiun PSEL nantinya akan memiliki kapasitas pengolahan sampah harian mencapai seribu ton.
Program WTE ini direncanakan akan diluncurkan pada awal November 2025. Proses lelangnya pun dijadwalkan berlangsung secara terbuka dan transparan.
Melalui inisiatif ini, Rosan berharap dalam dua tahun ke depan, mayoritas sampah dari kota-kota besar di Indonesia dapat beralih menjadi sumber energi listrik. Selain itu, proyek ini juga diharapkan mampu membuka banyak lapangan kerja baru bagi masyarakat. (PERS)