JAYAPURA - Gelombang penolakan terhadap upaya provokasi yang dilakukan kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) semakin menguat. Setelah berbagai tokoh masyarakat bersuara, kini giliran mahasiswa Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura yang tampil ke depan menyuarakan sikap tegas mereka.
Dalam pernyataan bersama yang digelar di Kampus Abepura, Sabtu (20/9/2025), para mahasiswa menegaskan komitmen untuk menolak segala bentuk ajakan maupun hasutan OPM yang dinilai hanya merugikan kehidupan masyarakat Papua. Suara penolakan ini bukan sekadar sikap emosional, melainkan bentuk kesadaran kolektif bahwa masa depan Papua harus dibangun dengan kedamaian, bukan konflik.
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Uncen, Yanes Hisage, menekankan bahwa kampus sebagai pusat pendidikan harus menjadi ruang lahirnya gagasan konstruktif, bukan tempat subur bagi provokasi.
“Kami sebagai mahasiswa Uncen menolak dengan tegas segala bentuk provokasi yang dilakukan OPM. Kami ingin hadir sebagai agen perubahan, bukan dijadikan alat untuk memperkeruh keadaan, ” tegasnya.
Menurut Yanes, propaganda yang kerap menyasar kaum muda membuat banyak mahasiswa merasa resah. Alih-alih diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, generasi Papua justru sering dijadikan sasaran hasutan untuk terlibat dalam konflik.
“OPM tidak membawa solusi, yang ada hanya memecah belah dan menghambat pembangunan. Mahasiswa harus berdiri di garis depan menolak hal tersebut, ” tambahnya.
Dukungan Tokoh Papua
Sikap mahasiswa Uncen ini mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan. Tokoh masyarakat Papua, Pdt. Amos Itlay, menilai pernyataan mahasiswa sebagai tanda kebangkitan generasi muda yang tidak lagi mudah dipengaruhi oleh narasi kekerasan.
“Anak-anak kita sudah cerdas. Mereka tahu bahwa provokasi OPM hanya membawa penderitaan. Sudah cukup lama Papua dibuat tidak tenang oleh aksi-aksi mereka, ” ujarnya.
Sementara itu, tokoh adat Sentani, Yonas Wally, menyebut keberanian mahasiswa Uncen patut dijadikan teladan. Ia menegaskan bahwa stabilitas Papua hanya bisa dijaga apabila masyarakat bersatu menolak intervensi OPM.
“Kita harus sepakat, tidak ada ruang bagi provokasi. Kalau mahasiswa saja sudah bersuara, maka kita sebagai orang tua harus mendukung penuh, ” ungkapnya.
Generasi Muda Pilih Masa Depan Damai
Pernyataan tegas mahasiswa Uncen ini memperlihatkan bahwa generasi muda Papua semakin matang dalam memandang masa depan daerahnya. Mereka sadar bahwa keterlibatan dalam provokasi hanya akan melahirkan penderitaan berkepanjangan. Sebaliknya, menolak provokasi berarti memberi ruang bagi pembangunan, pendidikan, dan kesejahteraan rakyat Papua.
Dengan munculnya sikap ini, harapan pun semakin terbuka bahwa propaganda OPM tidak lagi mendapat tempat di hati generasi muda Papua. Semangat mahasiswa Uncen menjadi bukti nyata bahwa kaum intelektual Papua ingin hadir sebagai garda depan dalam menjaga kedamaian dan memperjuangkan kesejahteraan masyarakat di bawah bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
(APK/Redaksi (JIS)