Masyarakat Papua Bangkit: Seruan Tumpas OPM Menggema Demi Perdamaian dan Masa Depan Anak Negeri

1 month ago 18

PAPUA - Gelombang penolakan terhadap aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) semakin kuat disuarakan oleh masyarakat Papua. Seruan tegas untuk menumpas kelompok tersebut menggema dari berbagai tokoh dan komunitas yang mendambakan kedamaian di Tanah Papua. Jum'at 1 Agustus 2025.

Salah satu suara lantang datang dari Pendeta Silas Wetipo, tokoh agama asal Wamena. Ia menyatakan bahwa tindakan brutal OPM tidak mencerminkan perjuangan, melainkan teror terhadap rakyatnya sendiri.

“Kalau mengaku berjuang untuk rakyat Papua, jangan sakiti rakyatnya. Jangan bunuh guru, jangan bakar sekolah, jangan halangi anak-anak kami belajar. Itu bukan perjuangan, itu teror, ” tegasnya, Jumat (1/8).

OPM dinilai telah berulang kali melakukan aksi kekerasan yang merugikan masyarakat sipil. Mulai dari pembunuhan warga tak berdosa, penyerangan terhadap aparat, hingga pembakaran fasilitas pendidikan dan kesehatan, semua dilakukan atas nama perjuangan yang justru menciptakan ketakutan dan keterbelakangan.

Salah satu insiden yang memicu kemarahan publik adalah pembakaran sekolah dan penyanderaan tenaga medis di wilayah pegunungan tengah Papua, yang menambah deret panjang kejahatan bersenjata oleh kelompok separatis tersebut. Kejadian-kejadian ini dinilai menghambat proses pembangunan dan mengorbankan generasi muda Papua.

Namun kini, masyarakat mulai berani bersuara. Di berbagai kabupaten seperti Yahukimo, Intan Jaya, hingga Maybrat, warga secara terbuka menyatakan penolakan terhadap keberadaan OPM. Mereka menginginkan hidup yang aman, damai, dan bermasa depan, tanpa ancaman senjata dan kekerasan.

“Papua sedang membangun. Kami ingin anak-anak kami sekolah, kami ingin puskesmas buka, kami ingin pasar aman. Kami tidak mau hidup dalam ketakutan lagi, ” ujar salah satu warga dari Intan Jaya.

Semakin banyak masyarakat yang menyadari bahwa kedamaian adalah jalan menuju kemajuan, dan OPM bukan lagi representasi aspirasi rakyat, melainkan ancaman terhadap masa depan Papua. (Apk/Red1922)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |