Mengelola Api di Tengah Bara: Pentingnya Diplomasi dan Netralitas Aktif dalam Konflik Timur Tengah

5 hours ago 3

OPINI - Eskalasi konflik di Timur Tengah pasca serangan balasan Iran terhadap Israel menjadi pengingat betapa rentannya kawasan ini terhadap konflik yang meluas dan tak terkendali. 

Ketegangan yang melibatkan aktor-aktor besar seperti Iran, Israel, AS, dan sekutu regional mereka, membawa risiko domino yang bisa mengancam stabilitas global termasuk berdampak pada ekonomi energi, jalur perdagangan internasional, dan keamanan manusia di berbagai negara.

Dalam konteks ini, Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara perlu menunjukkan posisi yang berimbang namun tegas, dengan menekankan tiga hal utama:

Menolak Normalisasi Kekerasan
Aksi militer bukan solusi jangka panjang. Semua pihak, baik negara maupun aktor non-negara, harus dihimbau untuk menahan diri dan menghentikan tindakan yang memperburuk penderitaan sipil.

Mendorong Jalur Diplomasi Multilateralisme
Indonesia dapat memanfaatkan posisinya sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar dan anggota aktif G20 untuk mendorong pembentukan forum internasional yang fokus pada penyelesaian akar konflik termasuk pendudukan ilegal dan ketidakadilan struktural terhadap Palestina.

Membangun Solidaritas Kemanusiaan Global, Isu Palestina dan konflik Timur Tengah bukan hanya soal agama, tapi tentang hak asasi manusia dan keadilan global. Masyarakat sipil di Asia dan negara-negara Selatan Global perlu memperkuat suara kolektif menolak kolonialisme modern dan mendukung inisiatif damai yang adil.

Jika dunia terus membiarkan konflik ini meruncing tanpa upaya sistematis untuk deeskalasi dan rekonsiliasi, maka ancaman perang regional terbuka bukan sekadar kemungkinan, melainkan keniscayaan. Dalam konteks ini, netralitas aktif dan diplomasi kemanusiaan harus menjadi wajah kebijakan luar negeri yang progresif dan berkeadaban.

Penulis: Akmal (Mahasiswa Hubungan Internasional UIN Alauddin Makassar )

Read Entire Article
Karya | Politics | | |