PAPUA - Di jantung sunyi Distrik Omukia, di antara lebatnya hutan dan lembah yang menenangkan, sebuah momen bersejarah kembali membangkitkan getar harapan. Jumat pagi, 11 Juli 2025, Merah Putih kembali berkibar dengan gagah di Kampung Pinapa, menggantikan bendera lama yang telah lama berkibar di atas tiang bambu. Ini bukan hanya pergantian lambang ini adalah tanda bahwa kepercayaan dan cinta pada tanah air mulai tumbuh kembali di tanah Papua.
Dipimpin oleh Letda Inf Sudirman, Komandan Pos Eromaga Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti, para prajurit menapaki jalan berbatu dan lembah sunyi bukan untuk berperang, tapi untuk menyatukan kembali benang-benang persaudaraan yang sempat tercerai. Dengan penuh khidmat, mereka mengganti tiang bambu lama, lalu mengangkat Sang Saka perlahan-lahan. Tidak ada letusan senjata. Hanya suara angin dan getar dada yang menjadi saksi sebuah upacara sederhana, namun sarat makna.
“Ini bukan sekadar pengibaran bendera. Ini tentang harapan yang tak pernah padam. Tentang keyakinan bahwa Indonesia masih dan selalu menjadi rumah, ” tutur Letda Inf Sudirman, matanya menatap Merah Putih yang mulai menari ditiup angin.
Keberhasilan ini tidak diraih dengan kekuatan, tetapi melalui kesabaran, pendekatan humanis, dan dialog penuh kasih. Kampung yang dulunya diselimuti keraguan dan luka, kini mulai membuka pintu hatinya. Warga tidak tunduk karena takut, tetapi menyambut karena percaya.
Seorang tokoh masyarakat Kampung Pinapa, yang enggan disebut namanya, berkata lirih, “Dulu kami takut... Tapi sekarang, kami tahu TNI datang bukan untuk menyakiti. Mereka hadir dengan niat baik, dengan hati. Mereka adalah saudara kami.”
Hari itu, langit Pinapa tak hanya dihiasi warna merah dan putih, tapi juga oleh damai yang tumbuh dari pemahaman, dari pelukan, dari perjumpaan manusia dengan manusia bukan seragam dengan rakyat.
Para prajurit paham, ini bukan tentang menaklukkan wilayah. Ini tentang menangkap hati, tentang mengibarkan kembali percaya diri dan harga diri bangsa di tempat yang sempat direnggut sunyi dan luka. Mereka tak membawa senjata, mereka membawa harapan.
Di bawah Merah Putih yang berkibar di Pinapa, lahirlah satu pesan yang menggetarkan: bahwa Indonesia tetap ada di hati rakyatnya, sejauh apa pun jarak, sedalam apa pun luka. Yang diperlukan hanyalah tangan yang mengayomi, dan hati yang mau mendengar.
Autentikasi:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf. Iwan Dwi Prihartono