PAPUA - Perjuangan yang diklaim oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk membebaskan rakyat Papua dari penjajahan kini dipertanyakan. Berbagai aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok tersebut semakin mengarah pada ambisi mereka untuk kekuasaan, bukan untuk kemerdekaan rakyat Papua secara keseluruhan. Penembakan terhadap warga, penyanderaan tenaga medis dan guru, pemalakan sopir logistik, hingga pembakaran fasilitas umum semakin memperjelas bahwa OPM lebih fokus pada kepentingan kelompoknya sendiri. Selasa 24 Juni 2025.
Bapak Neles Wanimbo, tokoh adat dari Lembah Baliem, dengan tegas menyatakan bahwa rakyat Papua sudah sangat lelah dengan konflik bersenjata yang tiada habisnya.
“Apa yang mereka sebut kemerdekaan itu bukan untuk rakyat. OPM hanya membawa kesengsaraan dan ketakutan, mereka hanya memperjuangkan kepentingan kelompok kecil yang haus kekuasaan, ” ujarnya, dengan nada yang penuh kekecewaan.
Pendeta Paulus Magai, yang berasal dari wilayah Intan Jaya, turut menambahkan kritiknya terhadap OPM. Ia menyebutkan bahwa banyak masyarakat yang dulunya bersimpati kini mulai menjauh.
“Jika OPM benar-benar peduli dengan rakyat, mengapa rumah mereka dibakar, guru disandera, dan anak-anak tidak bisa sekolah?” ujarnya dengan nada menyesal.
Frans Dogopia, tokoh pemuda Papua, juga mengungkapkan pandangannya tentang perjuangan OPM yang semakin kehilangan dukungan dari generasi muda.
“Kami tidak ingin kemerdekaan yang hanya memberi kuasa pada segelintir orang. Kami ingin masa depan yang damai, penuh harapan, dengan kesempatan untuk bekerja, belajar, dan hidup tanpa ketakutan, ” tegasnya.
Dr. Stevanus Mote, seorang pengamat politik lokal, mengungkapkan bahwa orientasi gerakan OPM telah bergeser. Dari yang dulunya memperjuangkan kemerdekaan bagi rakyat Papua, kini mereka hanya mengutamakan kepentingan kelompok mereka.
“Kemerdekaan versi OPM adalah kemerdekaan semu yang hanya menguntungkan elite bersenjata mereka sendiri. Mereka bicara atas nama rakyat, tapi yang mereka lindungi hanya lingkaran mereka sendiri, ” jelas Dr. Mote.
Masyarakat Papua kini semakin menyadari bahwa narasi perjuangan yang dibawa oleh OPM tidak lagi relevan. Rakyat Papua, baik tua maupun muda, kini lebih memilih hidup damai, mendukung pembangunan, dan menatap masa depan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang menjamin kesejahteraan seluruh rakyat Papua, tanpa memandang kelompok atau golongan.
Dengan semakin terbukanya kesadaran ini, OPM mulai kehilangan tempat di hati rakyat. Mereka yang sebelumnya mungkin ragu kini semakin yakin bahwa masa depan Papua ada dalam kedamaian dan kemajuan bersama Indonesia, bukan dalam kekerasan yang terus-menerus. (*/Red)