PAPUA - Di jantung pedalaman Papua, di antara hijaunya perbukitan dan tebalnya kabut pagi yang menyelimuti Distrik Mayuberi, suara gergaji dan palu menggema menembus sunyi. Namun itu bukan sekadar bunyi kerja melainkan simfoni harapan yang sedang dimainkan oleh para prajurit TNI dan warga lokal. Sebuah sekolah tiga ruang kelas kini tengah dibangun, menjadi simbol nyata bahwa mimpi anak-anak Papua untuk mengenyam pendidikan layak tak pernah padam. Kamis, 7 Agustus 2025.
Pembangunan sekolah ini diprakarsai oleh Satgas Pamtas RI-PNG Mobile Yonif 700/Wira Yudha Cakti, yang bertugas di Pos Mayuberi. Di tengah medan yang berat dan fasilitas terbatas, para prajurit mengangkat beban yang lebih besar dari sekadar tugas militer yaitu membangun masa depan generasi muda Papua. Berawal dari permintaan tulus Bapak Epi, Kepala SD Negeri Mayuberi 03, kisah ini menyentuh hati siapa pun yang mendengarnya.
"Kami butuh bangunan sekolah, sederhana tidak apa-apa, yang penting anak-anak bisa belajar dengan aman dan tidak kepanasan atau kehujanan, " ucap Pak Epi, dengan mata penuh harapan saat menyampaikan permohonannya kepada personel pos TNI.
Mendengar itu, hati para prajurit pun tergerak. Tanpa menunggu perintah lebih lanjut, mereka langsung bertindak. Dipimpin oleh Sertu Iksan, kayu-kayu mulai dipanggul dari hutan, balok-balok dipotong dengan alat seadanya, dan perlahan, sebuah sekolah mulai berdiri dari tangan-tangan yang penuh semangat gotong royong.
Sekolah yang Dibangun dengan Cinta, Bukan Sekadar Kayu dan Paku
Danpos Mayuberi, Letda Inf Arif Natsir, menyampaikan bahwa pembangunan ini bukan hanya sekadar menjawab kebutuhan fisik warga, tetapi mewujudkan mimpi anak-anak yang ingin bersekolah seperti anak-anak lain di kota.
“Kami akan bekerja setiap hari hingga sekolah ini selesai. Kami percaya, pendidikan adalah jembatan emas untuk membangun Papua yang lebih sejahtera. Dan kami merasa terhormat bisa menjadi bagian dari langkah pertama anak-anak menuju masa depan itu, ” tutur Letda Arif dengan penuh keyakinan.
Pembangunan sekolah tiga ruang kelas ini ditargetkan rampung dalam tiga minggu. Warga turut membantu, bahu-membahu, membawa bahan bangunan, memasak untuk para pekerja, hingga menjaga kelancaran kegiatan. Pemandangan ini bukan hanya mencerminkan kemanunggalan TNI dan rakyat, tetapi juga membuktikan bahwa ketika harapan tumbuh bersama, tak ada yang mustahil.
Apresiasi dari Pusat Komando: TNI Tak Sekadar Menjaga, Tetapi Juga Membangun
Panglima Komando Operasi Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, mengapresiasi inisiatif dan semangat Satgas Yonif 700/WYC. Ia menegaskan bahwa pembangunan pendidikan di daerah terpencil adalah salah satu bentuk pengabdian tertinggi TNI dalam menjaga keutuhan bangsa.
"Inilah bukti nyata bahwa TNI tidak hanya berdiri untuk menjaga batas wilayah, tetapi juga hadir untuk membuka batas-batas keterbatasan. Pendidikan adalah hak semua anak bangsa, dan setiap balok yang diletakkan oleh prajurit kita di Mayuberi adalah fondasi untuk membangun Papua yang kuat, cerdas, dan bermartabat, " tegas Mayjen Lucky.
Ia juga menekankan pentingnya pendekatan humanis seperti ini dalam menjalin kepercayaan dan hubungan emosional antara negara dan masyarakat di wilayah terdepan.
Membangun Lebih dari Sekolah: Membangun Harapan
Kisah pembangunan sekolah ini menjadi cerminan dari semangat kolektif untuk melawan keterisolasian dengan tindakan nyata. Di tengah segala tantangan geografis, kurangnya infrastruktur, dan keterbatasan fasilitas, sekolah ini adalah cahaya yang akan menerangi jalan anak-anak Mayuberi.
Sebentar lagi, mereka akan memiliki ruang belajar yang layak tempat di mana mereka bisa menulis, membaca, dan bercita-cita tanpa takut basah karena bocor atau terganggu karena tiadanya kursi dan papan tulis.
Di Tanah Papua yang kaya akan budaya dan alam, kini mimpi anak-anak turut bertumbuh. Bukan hanya tumbuh dalam angan, tetapi mulai menjelma dalam bentuk bangunan, semangat, dan cinta dari para prajurit yang percaya: membangun negeri berarti membangun manusianya.
Sumber:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono