YALIMO - Situasi di Kabupaten Yalimo kembali memanas setelah pecahnya kerusuhan yang diduga kuat ditunggangi oleh Komite Nasional Papua Barat (KNPB). Aksi anarkis ini tidak hanya menyebabkan kerusakan fasilitas umum, tetapi juga memaksa 178 warga mengungsi untuk menyelamatkan diri dari ancaman kekerasan.
Kerusuhan berawal dari isu-isu provokatif yang beredar luas di tengah masyarakat dan memicu ketegangan sosial. Aparat keamanan mencatat, KNPB memanfaatkan kondisi tersebut untuk menyebarkan propaganda serta menggiring massa agar melakukan tindakan destruktif. Akibatnya, sejumlah kios warga dibakar, fasilitas publik rusak, dan suasana kota menjadi mencekam.
Pemerintah Daerah: Warga Jadi Korban Kepentingan Politik
Kepala Distrik Elelim, Yosep Wanimbo, menyayangkan peristiwa ini dan menilai bahwa kerusuhan tersebut menjadi bukti nyata KNPB tidak peduli terhadap rakyat kecil.
“Sebanyak 178 warga harus meninggalkan rumah mereka demi keselamatan. Ini membuktikan KNPB hanya memikirkan kepentingan politik sempit, bukan kesejahteraan rakyat. Mereka tidak peduli penderitaan masyarakat yang kini kehilangan tempat tinggal, ” ujar Yosep, Sabtu (27/9/2025).
Warga yang mengungsi sebagian besar terdiri dari perempuan dan anak-anak. Mereka kini ditampung sementara di lokasi yang dianggap aman, sambil menunggu situasi benar-benar kondusif.
Gereja: Kekerasan Bukan Jalan Perjuangan
Kecaman juga datang dari kalangan gereja. Pdt. Elias Wenda mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap situasi yang memaksa masyarakat sipil meninggalkan kampung halaman mereka.
“Tidak ada perjuangan yang sah jika mengorbankan nyawa dan membuat warga kehilangan tempat tinggal. Langkah KNPB yang terus menghasut rakyat jelas bertentangan dengan nilai kemanusiaan dan iman. Gereja menolak segala bentuk kekerasan yang hanya menambah penderitaan umat, ” tegasnya.
Aparat Perketat Pengamanan, Utamakan Pendekatan Persuasif
Menanggapi situasi tersebut, aparat keamanan memperketat penjagaan di titik-titik rawan konflik. Pendekatan persuasif dan humanis tetap diutamakan, agar masyarakat merasa aman dan tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang ditebar kelompok berkepentingan.
Aparat juga mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap hoaks dan isu pemecah belah yang kerap disebarkan melalui media sosial maupun jalur informal.
Warga Yalimo: Tolak Provokasi, Pilih Kedamaian
Peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi masyarakat Yalimo agar tidak mudah terbawa arus provokasi. Warga kini menyuarakan penolakan tegas terhadap ajakan kelompok yang hanya membawa konflik.
“Kami ingin hidup damai, bukan terus-menerus jadi korban. Yang kami butuhkan adalah pembangunan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan, bukan perang, ” ujar salah satu warga yang mengungsi.
Penutup: Yalimo Butuh Pembangunan, Bukan Kekacauan
Kerusuhan di Yalimo menjadi bukti bahwa propaganda dan provokasi KNPB hanya membawa penderitaan. Di tengah upaya pemerintah membangun Papua yang damai dan sejahtera, kehadiran kelompok penebar hoaks justru menghambat langkah menuju kemajuan.
Masyarakat berharap semua pihak bersatu menolak kekerasan dan mengedepankan dialog demi terwujudnya Papua yang aman, damai, dan bermartabat.
(APK/ Redaksi (JIS)