Silicon Valley Beralih ke Bisnis Senjata, AI Jadi Senjata Baru

1 month ago 8

TEKNOLOGI - Fenomena mengejutkan tengah melanda pusat inovasi teknologi dunia, Silicon Valley. Para pendiri startup yang dulunya berambisi mengubah dunia dengan produk konsumen kini mengalihkan fokus mereka ke industri pertahanan, menciptakan senjata berteknologi tinggi. Dorongan utama tren ini adalah sentimen perang yang kian membara dan kebutuhan mendesak akan persenjataan militer yang lebih canggih.

Salah satu pionir dalam pergeseran ini adalah Allen Control Systems, sebuah startup yang dengan bangga memperkenalkan senapan mesin otonom bernama "Bullfrog". Senjata revolusioner ini ditenagai oleh kecerdasan buatan (AI) canggih, menjanjikan kemampuan baru di medan perang modern.

Di balik kemudi Allen Control Systems adalah Steven Simoni, seorang pengusaha ulung yang sebelumnya sukses mendirikan startup layanan keuangan yang diakuisisi DoorDash senilai US$125 juta pada tahun 2022. Keberhasilan masa lalu ini tampaknya menjadi modal kuat bagi Simoni. Perusahaan yang dipimpinnya kini telah mengamankan pendanaan sekitar US$40 juta, termasuk dari putaran investasi yang dipimpin oleh Craft Ventures. Klaim mereka pun tidak main-main: telah menjalin kontrak prototipe dengan Angkatan Darat AS dan pasukan operasi khusus.

Produk unggulan mereka, Bullfrog, dipasarkan dengan banderol harga sekitar US$350.000 per unit. Dirancang khusus untuk menghadapi ancaman drone kecil yang semakin marak di medan perang kontemporer, Bullfrog memiliki kemampuan untuk berputar cepat dan mengunci sasaran secara otomatis. Namun, perjalanan menuju kesempurnaan tidak selalu mulus. Uji coba lapangan sempat memperlihatkan kegagalan, di mana dalam salah satu demonstrasi, senjata tersebut mengalami macet, memungkinkan beberapa drone lolos tanpa terluka. Allen sendiri mengakui bahwa produk ini masih dalam tahap pengembangan dan diharapkan siap sepenuhnya pada akhir tahun ini.

Alienasi teknologi dari ranah konsumen ke pertahanan ini terjadi di tengah lanskap global yang semakin bergejolak, ditandai oleh konflik di Ukraina dan Timur Tengah, serta meningkatnya ketegangan geopolitik di berbagai belahan dunia. Pola bisnis baru ini terlihat konsisten: prototipe dikembangkan di Silicon Valley, pendanaan ventura digalang, dan kemudian pembeli besar dicari dari kalangan militer dan pemerintah.

Menurut sumber internal, Allen Control Systems secara aktif memanfaatkan jaringan politik dan militer untuk mempercepat proses penjualan. Para pendiri seperti Simoni kerap tampil di media, menyelenggarakan acara yang dihadiri pejabat militer, serta aktif dalam penggalangan dana politik. Mereka juga sering menjadi pembicara di forum-forum yang menarik minat investor besar.

Jaringan yang terjalin ini dilaporkan membuka pintu untuk pertemuan eksklusif dengan pejabat di Pentagon dan para pembuat kebijakan di Amerika Serikat, demikian diungkapkan dalam laporan Reuters, Kamis (2/10/2025).

Meskipun mendapat sambutan hangat dari sejumlah investor dan beberapa komandan militer, langkah ini tidak luput dari kritik. Para pengamat menilai bahwa euforia dan tekanan untuk segera menghasilkan prototipe dapat berisiko jika produk belum sepenuhnya matang.

Respons dari pihak-pihak terkait, termasuk Craft Ventures dan beberapa politisi yang disebut dalam pemberitaan, belum diterima untuk dimuat. Sementara itu, Angkatan Darat AS mengonfirmasi bahwa mereka sedang dalam proses memberikan kontrak kepada Allen Control Systems untuk mengevaluasi potensi integrasi Bullfrog ke dalam platform yang sudah ada.

Selain senapan mesin otonom, Allen Control Systems juga tengah mengembangkan perangkat lain, seperti laser dazzler yang dirancang untuk mengganggu sensor drone, serta varian udara dari Bullfrog yang diberi nama "Scourge". Perusahaan bahkan berencana untuk mencatatkan diri di bursa melalui Special Purpose Acquisition Company (SPAC) tahun depan, dengan harapan minat investor ritel terhadap perusahaan senjata berbasis AI akan tinggi.

Reuters melaporkan bahwa Simoni adalah bagian dari gelombang baru pendiri startup yang memanfaatkan pergeseran Silicon Valley menuju teknologi militer. Perang di Ukraina dan Timur Tengah, ditambah dengan meningkatnya ketegangan dengan Tiongkok, menjadi katalis utama tren ini. Kondisi ini menggarisbawahi kesiapan Amerika Serikat untuk menghadapi masa depan peperangan yang semakin kompleks.

Para pendiri startup ini tampaknya terinspirasi oleh jejak langkah pendiri Anduril, Palmer Luckey, dan CEO Palantir, Alex Karp. Startup yang dulunya fokus pada aplikasi konsumen kini beralih mengembangkan kawanan drone, satelit mata-mata, kapal otonom, dan berbagai teknologi mematikan lainnya, sekaligus meningkatkan popularitas mereka di mata pemodal ventura dan Pentagon. (PERS)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |