PAPUA - Jalan tanah berbatu sepanjang dua kilometer tidak mampu memadamkan semangat Mama Mayna. Dengan noken berisi ubi, sayur, dan buah hasil kebun, ia melangkah pasti menuju sebuah tempat yang ia sebut penuh kepastian: Pos Pintu Jawa, Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti. Bagi Mama Mayna dan mama-mama Papua lainnya, pos itu bukan hanya titik singgah, melainkan ruang harapan di mana hasil jerih payah mereka dihargai dengan tulus (1/9/2025).
Transaksi yang Penuh Makna
Di pos sederhana yang berdiri kokoh di pedalaman, prajurit TNI kembali menggelar kegiatan pembinaan teritorial yang sarat makna. Mereka memborong seluruh hasil kebun mama-mama Papua, sebuah langkah kecil yang berdampak besar. Di tanah pegunungan yang akses pasarnya terbatas, kegiatan ini menghadirkan denyut ekonomi baru, sekaligus mempertegas bahwa kehadiran TNI di Papua bukan sekadar menjaga keamanan, tetapi juga menjaga kehidupan.
Mama Mayna mengaku perjalanan panjangnya terasa ringan ketika sampai di pos.
“Kalau bawa ke pos, pasti dibeli. Kami senang karena abang-abang TNI selalu bantu, tidak pernah tolak. Dua kilometer itu tidak terasa, karena saya tahu hasil kebun saya pasti dihargai, ” ujarnya dengan senyum lelah yang penuh rasa syukur.
Ketahanan Pangan dari Ujung Papua
Menurut Danpos Pintu Jawa, Letda Inf Risal, kegiatan borong hasil tani ini bukan sekadar transaksi ekonomi.
“Kami ingin membantu mama-mama Papua agar tetap semangat berkebun. Apa yang mereka bawa, kami borong sesuai kemampuan. Ini bagian dari penguatan ketahanan pangan rakyat, sekaligus bukti nyata bahwa TNI hadir untuk rakyat, ” jelasnya.
Bagi para prajurit, noken penuh hasil kebun yang mereka terima bukan sekadar sayur atau umbi. Di dalamnya tersimpan ketekunan, harapan, dan ketahanan masyarakat pedalaman. Dengan membeli hasil panen itu, TNI sejatinya sedang menguatkan fondasi ketahanan pangan di tanah Papua.
TNI Sebagai Sahabat dan Penopang Asa
Di pedalaman Papua, keterbatasan akses pasar kerap membuat mama-mama Papua putus asa. Namun, keberadaan Pos Pintu Jawa menjadi oase di tengah kesulitan. Bagi warga, prajurit TNI bukan hanya sosok berseragam dengan senjata, melainkan sahabat yang mendengar, membantu, dan hadir dalam setiap denyut kehidupan mereka.
“Pos ini jadi tempat torang titip harapan. Torang rasa dihargai, ” ungkap seorang warga lain yang ikut menjual hasil kebunnya.
Jalan Tanah Menuju Jalan Harapan
Setiap kali langkah kaki Mama Mayna menapak di jalan tanah berdebu, ia tahu bahwa di ujungnya ada prajurit yang tersenyum menyambutnya. Ada tangan yang siap menerima hasil panennya, dan ada hati yang tulus menghargai jerih payahnya.
Bagi para mama-mama Papua, Pos Pintu Jawa adalah lebih dari sekadar tempat berjualan ia adalah simbol harapan yang selalu terbuka.
Dan di balik setiap transaksi sederhana itu, sesungguhnya sedang terbangun kekuatan besar: persaudaraan, ketahanan pangan, dan keyakinan bahwa TNI dan rakyat adalah satu.
Authentication:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono