Tragedi di Honai: Anggota OPM Tewas Diracun Kawannya, Cermin Retaknya Solidaritas di Tubuh Separatis

3 weeks ago 16

PAPUA - Suasana malam yang awalnya tenang di sebuah honai di pedalaman Wamena mendadak berubah mencekam. Seorang anggota kelompok bersenjata Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat–Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) sayap WPA Kodap II Baliem Wamena, bernama Tonte Wenda, tewas seketika setelah mengalami sesak napas dan muntah hebat usai menyantap makanan yang ternyata bercampur racun. Ironisnya, racun itu diduga diberikan oleh kawannya sendiri.

Peristiwa memilukan yang terjadi pada Senin (25/8/2025) ini menambah panjang daftar kekerasan internal di tubuh kelompok bersenjata yang selama ini kerap mengklaim diri sebagai pejuang rakyat Papua. Namun, alih-alih memperjuangkan aspirasi, kenyataan di lapangan justru menunjukkan intrik, perebutan kepentingan, dan pengkhianatan yang merajalela di antara mereka sendiri.

Makan Bersama Berujung Maut

Berdasarkan keterangan sumber lokal, insiden bermula ketika Tonte Wenda menghadiri sebuah jamuan makan bersama di honai kelompoknya. Semua tampak biasa saja, tak ada kecurigaan. Namun, beberapa saat setelah menyantap hidangan, tubuhnya tiba-tiba melemah. Nafasnya tersengal-sengal, lalu diikuti muntah hebat. Upaya rekan-rekannya untuk menolong tidak membuahkan hasil. Dalam hitungan menit, Tonte mengembuskan napas terakhir.

“Orang bilang dia diracun. Makanan yang dimakan itu memang sudah ada racunnya. Itu bukan kebetulan, pasti disengaja, ” ungkap seorang saksi yang tak ingin disebutkan namanya.

Retaknya Solidaritas, Hilangnya Kepercayaan

Kematian Tonte Wenda memperlihatkan betapa rapuhnya ikatan yang dibangun kelompok separatis ini. Mereka yang kerap berteriak lantang soal persatuan dan perjuangan, ternyata tidak mampu menjaga nyawa sesama anggotanya sendiri.

Tokoh masyarakat Wamena, Yosep Matuan, menilai insiden tersebut menjadi bukti bahwa perjuangan yang diklaim OPM hanyalah kedok untuk kepentingan segelintir orang.

“Kalau benar-benar memperjuangkan rakyat Papua, tidak mungkin mereka saling membunuh. Peristiwa ini bukti nyata bahwa OPM sudah kehilangan arah, bahkan anggotanya sendiri tidak aman, ” tegas Yosep.

Hal senada diungkapkan oleh tokoh pemuda setempat, Markus Wenda. Ia menilai tragedi ini sebagai tamparan keras bagi kelompok bersenjata tersebut.

“Mereka selalu bilang berjuang demi rakyat Papua, tapi kenyataannya justru menyakiti saudara sendiri. Ini tragedi yang mestinya membuka mata banyak orang, ” ujarnya.

Ilusi Perjuangan, Ancaman Nyata

Kematian Tonte Wenda akibat racun dari kawannya sendiri menegaskan satu hal: OPM bukan hanya ancaman bagi rakyat sipil, tapi juga bagi tubuh mereka sendiri. Pertikaian internal, pengkhianatan, dan saling bunuh sesama anggota menjadi cermin rapuhnya organisasi yang penuh intrik dan jauh dari idealisme perjuangan sejati.

Bagi masyarakat Papua, insiden ini semakin membuka mata bahwa slogan perjuangan yang selalu digembar-gemborkan OPM hanyalah ilusi belaka. Di balik teriakan tentang kemerdekaan, justru tersimpan konflik laten, perebutan pengaruh, dan permainan kepentingan yang membahayakan siapa saja yang terlibat di dalamnya.

Di tengah kondisi itu, rakyat kecil kembali menjadi saksi sekaligus korban dari perjalanan kelompok bersenjata yang sudah kehilangan arah. Tragedi yang menimpa Tonte Wenda adalah potret nyata: bahwa di tubuh OPM, tak ada lagi solidaritas, yang tersisa hanyalah kecurigaan, pengkhianatan, dan kematian.

(APK/ Red1922)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |