PANGKEP SULSEL - Kemajuan teknologi tidak lagi hanya milik kota. Dunia pertanian pun kini bergerak menuju era baru, di mana efisiensi dan ketepatan menjadi kunci keberhasilan. Salah satu inovasi yang kini mulai banyak diperbincangkan adalah penggunaan drone pertanian ke depan , Di tengah ancaman kekeringan dan perubahan iklim, teknologi ini menjadi jawaban agar ratusan hektar lahan sawah tetap produktif sepanjang tahun.
Musim kemarau yang datang setelah panen ke dua di musim hujan, sering membuat sawah dibiarkan kosong. Air sulit didapat, sementara biaya tenaga kerja dan alat penyiraman terus meningkat. Kondisi ini kerap membuat petani memilih menunggu musim hujan berikutnya untuk menanam kembali. Padahal, jika ada solusi tepat, lahan tersebut bisa dimanfaatkan untuk tanaman sela atau komoditas bernilai ekonomi lain.
Di sinilah peran drone pertanian ke depan menjadi sangat penting. Dengan kemampuan menyemprot, menyiram, bahkan memetakan kondisi lahan secara digital, drone dapat bekerja cepat dan efisien. Teknologi ini bisa menjangkau area luas dalam waktu singkat, tanpa membutuhkan banyak tenaga manusia. Bayangkan, satu unit drone senilai sekitar Rp 150 juta dapat menggantikan kerja puluhan orang dengan hasil yang lebih presisi.
Selain efisiensi waktu, drone juga membantu petani menghemat air dan pupuk. Dengan sistem penyemprotan terarah, tak ada lagi pemborosan bahan dan tenaga. Ini sangat relevan dalam menghadapi ancaman kekeringan, di mana setiap tetes air menjadi begitu berharga. Petani bisa menyesuaikan jadwal penyiraman sesuai kebutuhan tanaman, tanpa harus menunggu hujan turun.
Kehadiran teknologi drone pertanian juga membuka peluang baru bagi generasi muda untuk kembali ke dunia pertanian. Pertanian tidak lagi identik dengan lumpur dan kerja berat, melainkan dengan teknologi cerdas dan peluang bisnis modern. Petani milenial bisa menjadi operator drone, analis data, atau bahkan pelaku usaha penyedia jasa teknologi pertanian.
Namun, agar hal ini benar-benar terwujud, dibutuhkan dukungan kebijakan pemerintah. Pemerintah daerah, khususnya di daerah agraris seperti Pangkep, perlu membuka jalan bagi kelompok tani dan koperasi untuk memiliki akses terhadap teknologi ini. Bantuan modal, pelatihan operator drone, hingga kemitraan dengan penyedia alat dapat menjadi langkah awal yang strategis.
Lebih jauh, perguruan tinggi dan lembaga penelitian bisa dilibatkan untuk menyesuaikan penggunaan drone dengan kondisi lokal. Misalnya, untuk menentukan pola penyiraman di lahan tadah hujan atau penyemprotan pada tanaman tertentu. Kolaborasi lintas sektor akan menjadikan inovasi ini tidak hanya tren, tetapi kebutuhan nyata di lapangan.
Jika ini dilakukan secara serius, maka pertanian berbasis drone bukan hanya sekadar modernisasi alat, tetapi revolusi cara berpikir. Sawah yang dulu dibiarkan kosong setelah panen bisa kembali hidup, produktif, dan berdaya saing. Pertanian tidak lagi menunggu musim, tetapi menciptakan musimnya sendiri dengan teknologi.
Kini saatnya kita membuka mata bahwa masa depan pertanian tidak lagi di tangan cangkul, tetapi di bawah kendali teknologi. Drone pertanian adalah simbol kebangkitan baru bagi para petani Indonesia — terutama bagi mereka yang ingin membuktikan bahwa teknologi dan tradisi bisa berjalan beriringan demi kesejahteraan bersama.
Pangkep 22 Oktober 2025
Herman Djide
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan 9