INTERNASIONAL - Di tengah kepedihan negeri yang dilanda kekeringan, sebuah keajaiban terkuak di Irak. Surutnya air di Bendungan Mosul, bendungan raksasa yang menjadi urat nadi pasokan air, secara tak terduga membuka kembali gerbang masa lalu yang terkubur ribuan tahun.
Tim arkeolog yang melakukan penyelidikan di wilayah Khanke, Provinsi Duhok, Irak utara, menemukan kejutan monumental: sekitar 40 makam kuno yang diperkirakan berusia 2.300 tahun. Penemuan ini adalah buah dari surutnya permukaan air bendungan ke titik terendahnya, sebuah fenomena yang membawa berkah tak terduga bagi dunia purbakala.
Bekas Brefkany, Direktur Purbakala Duhok sekaligus pemimpin penggalian, mengungkapkan bahwa makam-makam ini diduga berasal dari periode Hellenistik atau Seleukid. Ia menambahkan bahwa timnya telah lama mengamati potensi area tersebut.
"Sampai saat ini, kami telah menemukan sekitar 40 makam, " kata Brefkany, Sabtu (6/9), seperti dilansir Aljazeera, Minggu (31/8). Ia melanjutkan, timnya sebenarnya telah melakukan survei awal pada tahun 2023, namun saat itu hanya sebagian kecil situs yang terlihat. Aktivitas penggalian intensif baru bisa dilakukan tahun ini, seiring dengan surutnya debit air bendungan.
Bagi masyarakat umum, kekeringan mendatangkan kesulitan yang luar biasa, mulai dari sektor pertanian hingga pasokan listrik. Namun, bagi para arkeolog, situasi ini justru menjadi jendela kesempatan emas untuk menggali lebih dalam warisan peradaban yang tersembunyi.
"Kekeringan berdampak besar pada pertanian dan listrik. Namun bagi kami para arkeolog, ini justru membuka kesempatan untuk melakukan penggalian, " ujar Brefkany. Makam-makam yang kini menjadi fokus penelitian sedang dalam proses ekskavasi. Rencananya, temuan berharga ini akan dipindahkan ke Museum Duhok untuk diteliti lebih lanjut dan dilestarikan, sebelum nantinya kembali tenggelam di bawah permukaan air bendungan.
Irak sendiri merupakan salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Dalam lima tahun terakhir, negara ini terus menerus menghadapi kekeringan yang parah, dibarengi dengan kenaikan suhu ekstrem dan krisis air bersih yang kian mendesak.
Pemerintah Irak sendiri mengakui bahwa tahun ini merupakan salah satu tahun terkering sejak 1933, dengan cadangan air yang tersisa hanya 8 persen dari kapasitas maksimal. Situasi ini diperparah dengan adanya pembangunan bendungan di hulu sungai oleh negara tetangga, yang mempengaruhi aliran air dari Sungai Tigris dan Eufrat, sungai yang telah menjadi sumber kehidupan utama di wilayah Mesopotamia selama ribuan tahun. (PERS)