Susilo Wonowidjojo, Sang Pewaris Gudang Garam di Tengah Badai Bisnis

3 weeks ago 17

WIRAUSAHA - Kejayaan PT Gudang Garam Tbk (GGRM), sebuah nama yang begitu lekat dengan industri rokok nasional, kini tengah diuji. Penurunan penjualan rokok yang dipicu oleh pelemahan daya beli, kenaikan cukai, hingga maraknya peredaran rokok ilegal, telah menggoreskan catatan yang kurang menggembirakan bagi kinerja keuangan perusahaan ini.

Meskipun belum sampai pada titik merugi, performa finansialnya mengalami penurunan drastis. Jika pada tahun 2023 laba bersih perusahaan masih mampu menembus angka Rp 5, 32 triliun, angka tersebut anjlok signifikan menjadi Rp 980, 8 miliar pada 2024, sebuah penurunan lebih dari 80 persen. Situasi ini semakin memprihatinkan memasuki paruh pertama tahun 2025, di mana laba bersih Gudang Garam hanya tersisa Rp 117 miliar, kontras dengan rekam jejak perusahaan yang selama lebih dari satu dekade selalu mencatatkan laba bersih di atas Rp 5 triliun.

Selama puluhan tahun, Gudang Garam bak raksasa industri yang nyaris tak tergoyahkan, seringkali menduduki peringkat teratas emiten paling menguntungkan di Bursa Efek Indonesia. Di balik kemegahan ini, terdapat nama besar Keluarga Wonowidjojo sebagai pemilik kendali utama. Melalui perusahaan investasi mereka, PT Suryaduta Investama, keluarga ini menggenggam mayoritas saham produsen rokok legendaris asal Kediri.

Data resmi dari perusahaan dan Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa PT Suryaduta Investama menguasai 69, 29 persen saham Gudang Garam, menjadikannya pengendali utama emiten berkode GGRM ini. Perusahaan investasi ini berperan sebagai induk usaha, dengan Susilo Wonowidjojo menjadi pemegang saham utamanya.

Sejarah Gudang Garam dimulai pada tahun 1958, didirikan oleh Surya Wonowidjojo. Tongkat estafet kepemimpinan kemudian beralih kepada putranya, Rachman Halim. Namun, takdir berkata lain, Rachman Halim berpulang pada 27 Juli 2008. Selanjutnya, kendali perusahaan diwariskan kepada adiknya, Susilo Wonowidjojo, yang sejatinya telah aktif dalam jajaran direksi sejak tahun 1976.

Sosok Susilo Wonowidjojo sendiri bukanlah nama asing dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Forbes pada tahun 2024 menaksir kekayaannya mencapai 2, 9 miliar dollar AS, atau setara dengan Rp 46 triliun. Di bawah kepemimpinannya, Gudang Garam mulai merambah ke sektor bisnis non-rokok. Perusahaan ini melakukan ekspansi signifikan dengan mendirikan PT Surya Kerta Agung yang fokus pada bisnis jalan tol.

Tak berhenti di situ, melalui anak usahanya, PT Surya Dhoho Investama (SDHI), Gudang Garam turut membangun Bandara Dhoho Kediri. Meski demikian, bandara ini hingga kini masih menghadapi tantangan dalam hal frekuensi penerbangan.

Jejak ekspansi Gudang Garam terbentang luas melalui berbagai anak cucu perusahaan yang bergerak di sektor bisnis yang beragam. Mayoritas entitas perusahaan milik Gudang Garam memiliki kesamaan nama depan, yakni 'Surya', sebuah identitas yang erat kaitannya dengan nama sang pendiri. Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi GGRM, beberapa perusahaan anak dan afiliasi yang aktif antara lain PT Surya Pamenan (industri kertas), PT Surya Air (transportasi udara), PT Surya Abadi Semesta (peralatan keselamatan kerja), dan PT Surya Inti Tembakau (pengolahan tembakau). Selain itu, terdapat pula PT Prime Galaxi Ltd (jasa transportasi), PT Surya Dhoho Investama (bandara), dan PT Surya Madistrindo yang membawahi hingga 16 perusahaan anak. (PERS)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |