Ketakutan Menghantui Warga Jayawijaya: Aksi Brutal OPM Membuat Kehidupan Masyarakat Terancam

6 days ago 5

PAPUA - Ketegangan semakin meningkat di Kabupaten Jayawijaya, Papua, setelah serangkaian aksi teror brutal yang dilakukan oleh kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM). Warga sipil kini hidup dalam bayang-bayang ketakutan, khawatir akan menjadi korban kekerasan yang tidak pandang bulu. Kehidupan yang biasa mereka jalani kini terancam oleh ancaman yang datang tanpa peringatan. Senin 2 Juni 2025.

Markus Wetipo, salah satu tokoh adat di Jayawijaya, menyatakan rasa prihatin mendalam terhadap situasi yang semakin memburuk. Ia menegaskan bahwa masyarakat hanya menginginkan kehidupan yang damai untuk dapat bertani, berdagang, dan menyekolahkan anak-anak tanpa rasa takut akan ancaman dari kelompok bersenjata.

“Kami hanya ingin hidup normal, seperti biasa. Bertani, berdagang, dan membesarkan anak-anak kami. Tapi sekarang kami hidup dalam ketakutan. Kami tidak tahu kapan mereka datang, dan apa yang akan mereka lakukan pada kami, ” ujar Markus dengan suara penuh kecemasan pada Senin (2/6/2025).

Pendeta Thomas Yikwa, tokoh gereja setempat, turut menyuarakan keresahan atas aksi kekerasan yang semakin meresahkan warga. Menurutnya, kelompok OPM telah mengkhianati nilai-nilai luhur masyarakat Papua yang selama ini mengedepankan kedamaian dan persaudaraan. Pendeta Yikwa menambahkan bahwa perjuangan yang mengandalkan kekerasan hanya akan membawa penderitaan bagi rakyat yang mereka klaim perjuangkan.

“Jika mereka benar-benar memperjuangkan rakyat, mengapa justru rakyat yang menjadi korban? Ini bukan perjuangan, ini kejahatan. Gereja selalu mendoakan agar masyarakat diberi kekuatan dan perlindungan, ” ungkap Pendeta Yikwa dengan tegas.

TNI dan Polri yang bertugas di wilayah ini terus melakukan patroli rutin dan pendekatan teritorial untuk menjaga stabilitas dan memberikan rasa aman kepada masyarakat. Salah seorang aparat keamanan di Jayawijaya menegaskan bahwa kehadiran mereka bukan untuk menakuti warga, tetapi untuk melindungi mereka dari ancaman kekerasan yang terus menghantui.

“Kami hadir untuk melindungi masyarakat, bukan untuk menakut-nakuti. Kami terus berupaya menjaga keamanan dengan pendekatan humanis, dan mengajak masyarakat untuk melapor jika terjadi gangguan, ” ujar aparat tersebut.

Dalam situasi yang semakin tegang ini, banyak warga yang mulai enggan beraktivitas di luar rumah, terutama saat malam hari. Aktivitas berkebun pun menjadi terbatas, dengan banyak keluarga menghindari perjalanan jauh karena takut menjadi sasaran kelompok bersenjata. Anak-anak juga mengalami gangguan psikologis akibat suara tembakan yang sering terdengar dan keberadaan aparat bersenjata di sekitar kampung.

Para tokoh masyarakat kini mendesak pemerintah pusat untuk lebih serius menangani persoalan keamanan di Papua, khususnya di Jayawijaya. Mereka berharap adanya langkah-langkah yang lebih konkret untuk meningkatkan pelayanan publik, perhatian terhadap trauma psikologis warga, dan penguatan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat lokal agar kelompok-kelompok bersenjata tidak memanfaatkan ketidakpuasan masyarakat untuk meresahkan kehidupan mereka. (*/Red)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |