Mathias Wenda Dituding Jadikan Rakyat Papua ‘Tameng Hidup’: Perjuangan atau Penyanderaan?

1 day ago 6

JAYAPURA - Nama Mathias Wenda, salah satu pentolan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang beroperasi dari luar negeri, kembali mengemuka. Kali ini, bukan soal idealisme perjuangan kemerdekaan yang digaungkannya selama puluhan tahun, melainkan dugaan eksploitasi terhadap rakyat Papua sendiri. 

Laporan yang diterima dari wilayah pegunungan tengah Papua menyebutkan bahwa kelompok separatis bersenjata yang terafiliasi dengan Markas Victoria pimpinan Wenda telah memobilisasi masyarakat sipil menjadi bagian dari strategi konflik bersenjata. Warga sipil diduga dijadikan tameng hidup dalam sejumlah bentrokan dengan aparat keamanan, bahkan sebagian dipaksa bergabung atau diancam jika menolak.

“Ini sudah bukan perjuangan. Ini penyanderaan. Rakyat Papua dijadikan alat dalam konflik yang mereka tidak pernah minta, ” tegas Theopilus Magai, Ketua Forum Komunikasi Tokoh Adat Papua, Sabtu (19/4/2025). Ia menilai pola ini sebagai bentuk keputusasaan dan ketidakberpihakan pada nilai-nilai kemanusiaan.

Data Komnas HAM Papua akhir 2024 mencatat bahwa 30% korban konflik bersenjata adalah warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan. Banyak dari mereka terjebak dalam kekerasan bersenjata yang tidak mereka pahami, apalagi pilih.

Di lapangan, aparat keamanan pun mengaku kerap menghadapi situasi dilematis: kelompok separatis memanfaatkan warga sipil sebagai benteng, membuat upaya penegakan hukum menjadi semakin rumit dan berisiko tinggi.

Maria Yobe, Kepala Dinas Sosial Papua Tengah, turut menyoroti dampak dari aksi-aksi kelompok ini.  

“Bantuan kemanusiaan tertahan, pembangunan terhenti. Kami ingin membangun Papua, tapi selalu terhalang oleh ketegangan dan aksi penyanderaan, ” katanya.

Mathias Wenda, yang kini lebih banyak berada di luar negeri, disebut masih memiliki pengaruh besar atas kelompok bersenjata di Papua. Dengan gaya komando jarak jauh, ia dinilai menanamkan ideologi kekerasan, sementara rakyat Papua sendiri menjadi korban dari konflik yang tak kunjung usai.

Narasi Perjuangan yang Menyimpang

Alih-alih membebaskan Papua, tindakan memobilisasi rakyat sipil ke dalam pusaran konflik justru dianggap mencederai cita-cita sejati perjuangan itu sendiri. “Ini bukan pembebasan, ini pembelengguan, ” tulis salah satu aktivis hak asasi manusia Papua dalam sebuah unggahan media sosial.

Dengan semakin terbukanya suara-suara kritis dari dalam Papua sendiri, dunia kini mulai menyadari bahwa tidak semua perjuangan membawa keadilan, dan tidak semua ‘pahlawan’ berjuang untuk rakyat. (APK/Red1922)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |