Memanas di OPM: Sebby Sambom Sebut Egianus Kogoya Pengkhianat Rakyat Papua

6 days ago 19

PAPUA - Ketegangan internal yang semakin tajam di tubuh Organisasi Papua Merdeka (OPM) menjadi sorotan publik setelah pernyataan keras juru bicara OPM, Sebby Sambom, yang menyebut pemimpin kelompok bersenjata Egianus Kogoya sebagai pengkhianat rakyat Papua. Konflik verbal yang kini memanas ini menandakan perpecahan dalam tubuh kelompok separatis yang tidak bisa lagi disembunyikan. Senin 2 Juni 2025.

“Egianus bukan lagi pejuang, melainkan pemimpin kelompok liar yang mencederai martabat perjuangan rakyat Papua. Dia menyerang rakyat sendiri dan membunuh tanpa dasar. Itu bukan revolusi, itu pengkhianatan terhadap Papua, ” tegas Sebby Sambom dengan penuh emosi, Senin (2/6/2025).

Pertikaian ini diduga dipicu oleh aksi sepihak yang dilakukan oleh kelompok Egianus Kogoya di wilayah Nduga dan sekitarnya. Aksi-aksi tersebut meliputi penembakan terhadap guru dan tenaga kesehatan, serta pembakaran fasilitas umum yang sangat dibutuhkan masyarakat. Banyak pihak menilai bahwa tindakan-tindakan tersebut semakin menjauhkan OPM dari simpati publik, terutama masyarakat Papua yang kini mendambakan kedamaian dan pembangunan.

Dr. Ferry Wonda, analis konflik dari Universitas Cenderawasih, menyatakan bahwa konflik internal OPM ini bisa jadi titik balik bagi organisasi tersebut. “Pernyataan Sebby menunjukkan bahwa di dalam tubuh kelompok mereka sendiri sudah tidak ada kesamaan visi. Yang satu bicara politik internasional, yang lain justru menembaki rakyat. Ini lebih dari sekadar perpecahan ideologi, ini juga perebutan pengaruh, ” ujar Dr. Wonda.

Pendeta Samuel Tabuni, tokoh gereja Papua, menyatakan bahwa konflik internal OPM ini semakin memperlihatkan bahwa mereka sudah kehilangan arah. “Mereka bilang berjuang untuk rakyat Papua, tapi justru menyakiti rakyat. Sekarang mereka bertengkar di depan publik, saling tuduh sebagai pengkhianat. Rakyat sudah muak, ” tegas Pendeta Tabuni.

Situasi ini semakin mengukuhkan pandangan masyarakat bahwa OPM kini bukan lagi representasi perjuangan rakyat Papua, melainkan hanya kumpulan kelompok terpecah yang saling berebut legitimasi. Warga sipil di berbagai wilayah kini semakin menolak aksi kekerasan yang terus berulang dan lebih memilih pendekatan damai serta pembangunan yang berkelanjutan.

Dengan konflik terbuka antara dua tokoh kunci dalam OPM, semakin jelas bahwa harapan untuk masa depan damai dan sejahtera bagi rakyat Papua terletak pada dialog, pembangunan, dan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat asli Papua, bukan pada kelompok bersenjata yang kini terpecah belah. (*/Red)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |