Banyuwangi Barat - Perum Perhutani KPH Banyuwangi Barat berikan materi pengelolaan hutan dibidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L), Stasiun Pemantauan Lingkungan atau Stasiun Pengamatan Lingkungan dengan mengenalkan Ombrometer kepada Mahasiswa Magang / Kuliah Kerja Lapang (KKL) Fakultas Pertanian Universitas Jambi (Unja) di kawasan hutan Petak 5-k blok Wonorejo RPH Krikilan BKPH Kalibaru, pada Sabtu (20/09/2025).
SPL pada Perum Perhutani kemungkinan merujuk pada Stasiun Pemantauan Lingkungan atau Stasiun Pengamatan Lingkungan, yang merupakan lokasi atau fasilitas untuk memantau dan mengukur berbagai parameter lingkungan seperti curah hujan, debit air sungai, tingkat erosi, dan kualitas air di wilayah hutan.
Tujuannya adalah untuk mengamati dan mendapatkan data tentang kondisi lingkungan, keanekaragaman flora dan fauna, serta memastikan pengelolaan hutan yang berkelanjutan.
Kepala Perhutani (Administratur) KPH Banyuwangi Barat melalui Asisten Perhutani (Asper) Kalibaru, Joko Kuswantono mengatakan bahwa ombrometer adalah alat ukur curah hujan manual, atau dikenal juga sebagai penakar hujan observatorium (OBS), yang berfungsi mengukur jumlah air hujan yang jatuh ke permukaan dalam periode tertentu, biasanya 24 jam.
“Alat ini sangat penting di sektor kehutanan untuk memantau kondisi cuaca, membantu perencanaan hutan dan memprediksi potensi penyakit tanaman tanaman kehutanan, ” kata Joko.
Polhut RPH Krikilan, Fajar menjelaskan Cara Kerja Ombrometer yaitu Penangkapan Hujan: Air hujan yang jatuh akan ditampung oleh corong penakar yang memiliki luas tertentu, misalnya 100 cm persegi.
Pengukuran Manual: Air yang terkumpul kemudian akan dialirkan ke wadah penampung dan diukur secara manual menggunakan gelas takar.
1. “Selanjutnya adalah Pembacaan Data: Pengukuran dilakukan setiap hari pada jam tertentu untuk mengetahui jumlah curah hujan harian. Pengelolaan Data: Data yang diperoleh dari ombrometer digunakan untuk menganalisis tren hujan, memprediksi pola iklim, serta sebagai dasar untuk mengambil keputusan terkait pengelolaan lahan kehutanan, ” ungkap Fajar.
Nayla Mahasiswa Magang Unja mengatakan bahwa manfaat Ombrometer di Sektor Kehutanan dibidang Mitigasi Bencana: Data curah hujan menjadi dasar untuk mengantisipasi risiko bencana seperti banjir dan kekeringan.
“Data curah hujan yang dikumpulkan oleh ombrometer membantu pengelola hutan dalam memahami pola cuaca dan iklim jangka panjang, yang sangat penting untuk analisis perubahan iklim, sangat krusial untuk analisis hidrologi di dalam hutan, yang melibatkan pemahaman tentang siklus air, aliran sungai, dan ketersediaan air, ” ujarnya.
“Dengan mengetahui pola curah hujan, pengelola hutan dapat lebih siap dalam menghadapi risiko bencana alam seperti banjir atau kekeringan yang dapat merusak ekosistem hutan, ” pungkasnya.@Red.