Petisi Pencopotan Ketua MWA UI Imbas Undangan Akademisi Pro-Zionis

3 hours ago 4

JAKARTA - Gelombang protes menghantam Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Indonesia (UI). Ketua MWA UI, Yahya Cholil Staquf, kini menghadapi petisi untuk dicopot dari jabatannya. Pemicu utamanya adalah usulan untuk mengundang Peter Berkowitz, seorang akademisi yang dikenal memiliki pandangan pro-Zionis, ke lingkungan kampus.

Menanggapi gejolak ini, Rektor UI, Prof. Heri Hermansyah, menyatakan bahwa pihaknya telah mengetahui adanya petisi yang diajukan oleh ribuan mahasiswa UI. Ia menegaskan bahwa pihaknya menyerahkan sepenuhnya persoalan ini pada mekanisme yang berlaku di internal universitas.

"Jadi tentunya saya baca juga di berita bahwa ada ribuan mahasiswa UI yang kemudian mengajukan petisi untuk menurunkan ketua MWA Universitas Indonesia yang kebetulan beliau mengundang Peter Berkowitz ke Universitas Indonesia. Dan tentunya kita serahkan ke mekanisme yang ada, " ujar Prof. Heri pada Jumat (19/9/2025) usai peluncuran UI Palestine Center di Masjid Ukhuwah Islamiyah, Kompleks Kampus UI, Depok, Jawa Barat.

Prof. Heri menambahkan bahwa keputusan terkait pencopotan bukanlah domain eksekutif yang dipimpinnya sebagai rektor. Kewenangan tersebut berada di tangan MWA dan Senat Akademik.

"Itu (pencopotan) bukan domainnya eksekutif, saya sebagai rektor eksekutif, itu tentunya nanti ada domain di MWA dan Senat Akademik, " imbuhnya.

Sebelumnya, komunitas kolektif mahasiswa Universitas Indonesia Student for Justice in Palestine (UI SJP) meluncurkan petisi daring berjudul "Dukung Pencopotan Yahya Cholil Staquf dari Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia". Petisi yang dibuat sejak 12 September 2025 ini telah ditandatangani ribuan orang.

Tujuan utama petisi ini adalah untuk mencegah terulangnya kejadian serupa dan menjaga integritas nama baik UI dari afiliasi Zionisme. UI SJP menyoroti rekam jejak Yahya Cholil Staquf yang dinilai memiliki banyak irisan dengan tokoh dan agenda Zionisme. Beberapa poin yang diangkat antara lain pengundangannya terhadap Berkowitz sebagai pembicara pada akademi kepemimpinan nasional NU tahun 2025, pengundangnya ke forum agama G20 tahun 2022, serta kunjungan PBNU ke Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada tahun 2018.

Menurut UI SJP, tindakan dan rekam jejak tersebut telah mencederai sembilan nilai luhur UI, terutama nilai keadilan dan kemartabatan.

Peter Berkowitz sendiri adalah seorang ilmuwan politik terkemuka dari Stanford University, Amerika Serikat, yang menjabat sebagai Tad and Dianne Taube Senior Fellow di Hoover Institution. Pandangannya yang pro-Israel membuatnya menuai kritik tajam atas rencana undangannya ke UI.

Menanggapi kontroversi ini, Yahya Cholil Staquf, yang akrab disapa Gus Yahya, mengakui adanya kekurangcermatan dalam memeriksa rekam jejak narasumber yang diusulkan. Ia menyadari kelalaian ini menimbulkan keresahan di kalangan sivitas akademika dan berpotensi mencoreng marwah UI sebagai kampus yang konsisten mendukung kemerdekaan Palestina.

"Saya menyesal atas kelalaian ini. Dengan penuh kerendahan hati, saya memohon maaf kepada pimpinan UI, dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan, dan alumni, " ujar Gus Yahya dalam surat terbuka yang dirilis pada Kamis (18/9/2025), seperti dikutip dari detikEdu melalui detikHikmah.

Gus Yahya menegaskan komitmennya untuk memperbaiki mekanisme pemilihan narasumber melalui proses verifikasi yang lebih ketat dan melibatkan berbagai pihak. Tujuannya agar setiap langkah sejalan dengan nilai luhur dan reputasi UI.

Ia juga kembali menekankan bahwa UI, termasuk dirinya secara pribadi, teguh berdiri bersama bangsa Indonesia dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina, sesuai amanat konstitusi dan prinsip kemanusiaan.

Sebagai wujud dukungan nyata, Gus Yahya menyampaikan dukungannya terhadap keberadaan UI-Palestine Center di lingkungan kampus. "Saya siap berkontribusi bagi pengembangan dan kemajuannya, " katanya. (PERS)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |