PAPUA - Organisasi Papua Merdeka (OPM), yang selama ini dikenal militan dan kompak dalam mengusung narasi separatisme, kini menghadapi guncangan dari dalam. Retakan tajam antara generasi tua dan muda mulai menggerogoti kekompakan gerakan bersenjata ini, menyusul perbedaan tajam soal arah dan cara perjuangan.
Konflik generasi ini bukan lagi isu sembunyi-sembunyi. Di medan-medan konflik seperti Nduga dan Intan Jaya, ketegangan antara para komandan senior dan anggota muda kian terasa. Jika yang tua masih setia pada jalur kekerasan dan serangan bersenjata, yang muda justru mulai muak dengan darah dan amarah yang tak berujung.
“Mereka mulai sadar bahwa tembakan tidak membawa hasil, hanya luka. Yang dibayar adalah rakyat sendiri, ” ungkap seorang tokoh masyarakat Pegunungan Tengah, Senin (12/5/2025).
Sumber dari intelijen dan para mantan anggota OPM yang telah kembali ke pangkuan NKRI menyebut bahwa generasi digital Papua kini mulai memimpikan perubahan lewat pena, bukan peluru. Mereka mulai mendorong diplomasi, perlawanan sipil damai, dan kampanye internasional sebagai jalan baru menuju aspirasi mereka jalan yang ditolak mentah-mentah oleh para pimpinan tua.
Ketidaksepahaman itu berujung pada konflik internal serius: perintah ditolak, strategi dibantah, loyalitas runtuh. Bahkan, beberapa kelompok muda secara terang-terangan menolak perintah serangan yang dianggap hanya mengorbankan warga sipil dan memperburuk citra perjuangan.
“Anak-anak muda kini lebih tertarik pada masa depan. Mereka ingin sekolah, bekerja, dan hidup tenang, bukan mengangkat senjata sampai mati tanpa hasil, ” kata seorang mantan anggota yang kini aktif dalam program deradikalisasi.
Akibat konflik internal ini, banyak anggota muda memilih meninggalkan OPM. Ada yang kembali ke masyarakat, ada pula yang menyerahkan diri kepada aparat dan menyatakan setia kepada NKRI.
Fenomena ini menunjukkan satu hal penting: romantisme perjuangan bersenjata tak lagi relevan bagi generasi muda Papua. Di era global yang mengedepankan dialog dan teknologi, suara anak muda justru mengarah pada masa depan yang lebih realistis dan damai. (APK/Red1922)