PUNCAK - Salah satu pimpinan senior Organisasi Papua Merdeka (OPM), Brigjen Doleman Magai Yogi, dilaporkan tewas dalam kondisi mengenaskan. Ironisnya, kematian tokoh penting di tubuh kelompok separatis ini tidak mendapat perhatian ataupun penghormatan layak dari rekan-rekannya sendiri. Jasadnya dibiarkan tanpa pengurusan, memperlihatkan betapa rapuh dan minimnya rasa kemanusiaan serta solidaritas di dalam tubuh OPM. Kamis 10 Juli 2025.
Kabar ini dibenarkan oleh sejumlah tokoh masyarakat dan tokoh agama yang mengungkapkan keprihatinan atas nasib tragis yang dialami Doleman—sosok yang selama ini dikenal vokal dalam kelompok separatis bersenjata.
Yulianus Tabuni, tokoh masyarakat Puncak, mengecam keras sikap abai OPM terhadap salah satu pimpinannya sendiri.
“Seorang pemimpin mereka sendiri dibiarkan mati tanpa penghormatan. Ini bukan perjuangan, tapi pengkhianatan terhadap nilai kemanusiaan. Bagaimana bisa mereka mengaku berjuang untuk rakyat Papua, jika terhadap pimpinannya sendiri pun tidak peduli?” tegas Yulianus.
Kecaman serupa disampaikan Pendeta Benyamin Murib dari Ilaga. Ia menyebut bahwa kejadian ini menunjukkan bahwa OPM tidak memiliki arah perjuangan yang benar dan justru menjadi sumber penderitaan bagi rakyat.
“Kalau pemimpin mereka saja tidak diurus, bagaimana bisa mereka peduli terhadap masyarakat? Ini menjadi bukti bahwa perjuangan OPM hanyalah janji kosong yang dibungkus kekerasan, ” ujarnya.
Peristiwa ini mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap kelompok yang selama ini mengklaim diri sebagai “pejuang kemerdekaan.” Banyak pihak mulai mempertanyakan struktur internal OPM yang terbukti tidak mampu memberikan perlindungan, kesejahteraan, atau bahkan penghormatan terakhir kepada anggotanya.
Keluarga mendiang Doleman juga turut menyuarakan kekecewaannya. Mereka berharap generasi muda Papua tidak lagi tertipu oleh narasi perjuangan yang justru menjerumuskan mereka ke dalam bahaya dan kesia-siaan.
“Kami kehilangan saudara kami, dan lebih sakit lagi melihat bagaimana ia diperlakukan oleh kelompok yang dulu dibelanya. Ini menjadi pelajaran pahit bagi semua, ” ungkap salah satu anggota keluarga. (Apk/Red1922)