YOGYAKARTA - Dalam diam, Organisasi Papua Merdeka (OPM) memperluas pengaruhnya. Kali ini, sasaran mereka bukan hanya wilayah terpencil atau kelompok bersenjata, tapi intelektual muda Papua yang tengah menempuh pendidikan di berbagai kota besar Indonesia. Melalui forum diskusi, media sosial, hingga kegiatan organisasi kemahasiswaan, OPM diduga menyusupkan isu-isu provokatif yang dikemas sebagai narasi perjuangan dan kemanusiaan.
Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Papua di Yogyakarta, Yohanes Douw, mengungkapkan kekhawatiran atas pola penyebaran ideologi yang semakin halus dan menyasar kalangan terdidik. “Mahasiswa itu aset bangsa, bukan alat propaganda. Sayangnya, ada upaya menyusupkan pemikiran radikal melalui kemasan intelektual. Ini harus segera dicegah agar tidak membentuk generasi yang tersesat arah perjuangannya, ” tegasnya, Rabu (25/6/2025).
Menurut Yohanes, tak sedikit mahasiswa Papua yang secara tidak sadar mulai terpengaruh oleh narasi penuh distorsi—menjadikan kampus sebagai ruang baru bagi agitasi politik OPM.
Senada, tokoh agama asal Wamena, Pendeta Daniel Kobak, menyesalkan maraknya informasi menyesatkan yang disebarkan atas nama perjuangan. “Papua itu sedang dibangun. Pemerintah sudah banyak hadir dengan program pendidikan, kesehatan, hingga infrastruktur. Tapi yang disebar seolah-olah Papua dibiarkan menderita. Ini pembalikan fakta yang merusak, ” tegasnya.
Kekhawatiran ini juga disuarakan oleh akademisi dan pengamat pendidikan Papua, Dr. Albertus Yoman, yang menilai pentingnya pendampingan terhadap mahasiswa. “Kampus harus jadi benteng literasi, bukan ladang penyebaran ideologi separatis. Mahasiswa Papua harus kritis, tapi tetap dalam kerangka NKRI. Jangan biarkan idealisme mereka dibajak untuk kepentingan segelintir pihak, ” ujarnya.
Pemerintah daerah, tokoh adat, hingga aktivis sosial kini tengah menjalin komunikasi lebih intensif dengan para mahasiswa Papua yang berada di luar daerah, guna membangun pemahaman sejarah dan wawasan kebangsaan yang utuh. Berbagai program penguatan identitas nasional dan dialog terbuka tengah dirancang untuk menanggulangi infiltrasi ideologis ini.
Melawan Narasi Sesat: Mahasiswa Papua Harus Bangkit Sebagai Pelopor Perdamaian, Bukan Korban Provokasi
Saat masa depan Papua berada di tangan generasi muda, kini waktunya mahasiswa Papua bersuara jernih—menjadi jembatan peradaban, bukan alat perpecahan. Indonesia membutuhkan mereka, bukan sebagai pion konflik, tetapi sebagai pemimpin perubahan. (*/Red)