MOROWALI, Sulawesi Tengah - PT Vale Indonesia di usia ke - 57 Tahun 2025 saat ini, sudah membuktikan kiprahnya di dunia usaha pertambangan. Sejauh ini pola penambangan PT Vale terbilang paling terbaik dari seluruh perusahaan tambang yang ada di bumi nusantara, khususnya di pulau Celebes.
Hal itu tak dapat dibantah pihak mana pun, selama ini pola penambangan PT Vale ramah lingkungan dan jauh dari dampak negatif bahkan nyaris terdengar ada dampak maupun insident K3 yang timbul di konsesi tambang Vale.
Tentunya ini, tak lepas dari komitmen Vale menerapkan kaidah pertambangan yang baik (Good Mining Practice), sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 26 Tahun 2028 dan Kepmen ESDM No. 1827 k/MEM/2018.
Tak heran, sejumlah daerah sangat welcome terhadap Vale, baik pemerintah maupun masyarakat. PT Vale diberikan karpet merah, ketika melakukan invetasi tambang termasuk di daerah Kabupaten Morowali.
Pemerintah daerah Kabupaten Morowali dan masyarakat sangat memberikan dukungan penuh terhadap Vale yang saat sudah pembangunan sarana prasarana infrastruktur termasuk pembangunan smelter.
Kehadiran Vale diharapkan menjadi percontohan bagi investor lain di kabupaten Morowali yang saat ini tumbuh subur bak jamur di musim hujan.
"Kita berharap Vale menjadi Role model good Mining Practice bagi perusahaan tambang lain, yang hari ini sejumlah perusahaan tambang di Morowali cukup memprihatinkan pengelolaan lingkungannya, " tutur Malik (56) salah satu tokoh masyarakat Morowali kepada media ini, Senin (29/09/2025).
Tumbuh suburnya investor tambang di Morowali, disebabkan nikel menjadi pusat perhatian karena pemanfaatannya sebagai bahan baku utama dalam pembuatan baterai. Baterai banyak digunakan sebagai sumber energi pengganti dari bahan bakar fosil.
Olehnya, penerapan Good Mining Practice harus betul-betul di terapkan di Bumi Tepeasa Moroso demi untuk keberlanjutan.
Good Mining Practice menjadi kunci Vale bisa eksis di dunia usaha tambang sampai saat ini hingga usia 57 Tahun, karena pola tambang yang diterapkan, ambil isinya kembalikan aslinya.
Seperti yang dijelaskan, Abd Rauf, Manager Mine PT Vale kepada sejumlah Wartawan saat melakukan media Visit di Sorowako beberapa waktu lalu mengatakan bahwa tahap pertama pola penambangan yang dilakukan yakni Land Clearing, yaitu membersihkan lokasi tambang dari tumbuhan.
Selanjutnya, dilakukan Stripping yaitu mengupas lapisan tanah penutup. Lalu, lapisan tanah penutup atau topsoil tersebut dibawa ke tempat penampungan yang sudah disiapkan yang nantinya digunakan untuk menutup kembali lahan pasca tambang.
"Lapisan penutup yang dibuka mempunyai kedalaman 5-10 meter bahkan sampai 15 meter tergantung kondisi tanah dan kedalam biji nikel, " terang Abd Rauf dihadapan sejumlah Wartawan Nasional dilokasi tambang PT Vale Blok Sorowako.
Berikutnya, setelah lapisan tanah penutup terbuka dan tampak bijih nikel dengan kadar rendah atau sedang dan tinggi yang disebut dengan Ore Mining. Maka, bijih nikel tersebut diangkut ke screening station. Di tahap screening Station, bijih nikel disaring sesuai ukuran yang diminta pabrik pengolahan.
Setelah itu dilakukan tahap Stockpile, yakni tempat penampungan sementara ore untuk mengurangi kadar air sebelum diolah ke pabrik. Setelah itu ore dari stockpile tersebut diangkut ke apron feeder, lalu dipindahkan lagi ke Dryer tempat penguapan sebagian kandungan air dari biji basah.
“Ore nikel yang sudah melalui dryer dimasukan ke ruang tungku pembakaran dengan Temperatur suhu mencapai 900-1.200 derajat celcius. Sisa, material yang tidak terpakai dikembalikan ke lokasi bukaan pasca tambang untuk mengembalikan rona alam semula seperti aslinya, ” terangnya sembari menunjukkan berbagai lokasi pasca tambang.
Seusai pasca tambang, areal tersebut ditangani Supervisor Reclamation & Rehabilitation PT Vale. Areal yang sudah pasca tambang lalu ditutup kembali dan dilakukan penanaman pohon dengan berbagai jenis tanaman siap tanam dari pembibitan Nursery dan hal ini sifatnya wajib melakukan reklamasi sebelum pindah areal bukaan baru.
"Kita reklamasi terlebih dulu areal pasca tambang, ditanami berbagai jenis pohon maupun tumbuhan seperti semula sehingga areal pasca tambang akan tampak seperti aslinya, " terang Erlin Harry selaku Supervisor Reclamation & Rehabilitation PT Vale.
Hal ini pun dibuktikan tidak sekedar lips servic, Supervisor Reclamation & Rehabilitation PT Vale membawa sejumlah Wartawan Nasional ke lokasi Pasca Tambang yang sudah berumur 19 tahun, bukti bahwa pola tambang Vale mengendepankan keselamatan lingkungan.
Berada dilokasi Arboretum, Supervisor Reclamation & Rehabilitation PT Vale menunjukkan berbagai koleksi jenis pohon lokal di areal konsesi kerjasama PT Vale Indonesia, Dinas kehutanan Luwu Timur, Dinas kehutanan provinsi Sulawesi Selatan, Institut pertanian Bogor Universitas Hasanuddin pada tahun 2006.
Lokasi tersebut sudah menjadi hutan rindang yang sejuk dan sangat menabjubkan. Udaranya segar terasa mengelilingi saat berada di areal tersebut, pepohonan tumbuh subur dan menghijau tidak lagi ada kesan bahwa areal Arboretum merupakan lokasi Pasca Tambang.
"Disini kita tanam berbagai jenis tumbuhan yakni Agatis, alinggae/kayu putih, belulang, beringin, betau kuning, betao Pangkah, bintangur, bunu, buri, dengen, durian, Eboni, ekaliptus, fikus rangkong, Jabon merah, Jabon putih, jambu jambu, Johar, kelodju, kayu Afrika, Kayu kuku, Kayu tanduk, Kolek, Lamtoro, Mahang, Mahoni, malotus, mangga, manggis hutan, mandula melada, nangka, Nato merah, Nyato, Popon, Saga merah, Sengon buto, sipatele/ jelutung, uru, " urai Erlin Harry sembari menunjukkan dan menjelaskan satu persatu lohan di maksudnya.
Hal yang sama disampaikan CEO PT Vale, Bernandus Irmanto saat peresmian operasional PT Vale IGP Morowali bahwa Vale berupaya menjaga komitmennya dalam mewujudkan tiga aspek keberlanjutan yang dikenal dengan sebutan ESG (Environment, Social, Governance), termasuk komitmen sosial yang turut menjadi bagian dari nilai-nilai dan kepedulian perusahaan.
Selama 57 tahun, PT Vale telah menorehkan berbagai capaian terkait kegiatan operasi tambang yang berkelanjutan. Bahkan, sejak awal beroperasi, jauh sebelum kebijakan hilirisasi mineral, PT Vale telah menerapkan pertambangan terintegrasi.
"PT Vale punya komitmen yang kuat dalam penerapan Good Mining Practice untuk keberlanjutan. 57 tahun bukan waktu sedikit, kami (Vale) bisa hingga dititik ini karena terus menjaga komitmen dalam mewujudkan ESG. Mudah-mudahan dengan komitmen itu, Vale IGP Morowali bisa bergandengan tangan dengan pemerintah maupun masyarakat Morowali, " tandasnya. (TAR)