KULON PROGO - Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muhadjir Effendy, lantang menyuarakan hal ini saat menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah di Hotel Morazen, Kulon Progo, Jumat (18/7).
Lebih dari sekadar hadir, Muhadjir memberikan dukungan penuh atas peluncuran dua inisiatif strategis Muhammadiyah di bidang kesehatan: PT Mentari Medika Indonesia dan platform layanan Sehatmu. Sebuah langkah konkret untuk memajukan sektor krusial ini.
“Sebagai amanat pleno PP Muhammadiyah, seluruh elemen dan kekuatan di sektor kesehatan harus mendukung penuh keberadaan PT ini, ” ujarnya.
Sektor kesehatan, bagi Muhammadiyah, bukanlah sekadar layanan, melainkan pilar utama gerakan yang harus diperkuat dan dikembangkan secara sistematis dan modern. Inilah mengapa profesionalisme menjadi kunci.
“Segala hal yang berkaitan dengan kesehatan sangat penting dan harus kita kapitalisasi menjadi subholding di sektor ini, tentu dengan melibatkan para profesional berpengalaman, ” jelasnya.
Kontribusi kader Muhammadiyah yang memiliki latar belakang dan pengalaman di bidang kesehatan juga menjadi sorotan. Dedikasi mereka diharapkan mampu memberi dampak signifikan bagi kemajuan persyarikatan.
“Siapapun yang masih punya irisan dengan Muhammadiyah dan ingin berkontribusi harus diberi ruang sebesar-besarnya demi kemaslahatan bersama, ” tegas Muhadjir.
Profesionalisme dan Etos Kerja Ikhlas: Dua Sisi Mata Uang
Mengelola amal usaha Muhammadiyah (AUM) bukan perkara sepele. Muhadjir menekankan pentingnya konsistensi, transparansi, dan akuntabilitas sebagai prinsip utama.
“Pengelolaan AUM tidak boleh sembarangan. Harus profesional, tidak cukup hanya dengan semangat ikhlas. Ikhlas itu mulia, tapi harus diwujudkan dalam kerja yang serius dan bertanggung jawab, ” jelasnya.
Kutipan KH Ahmad Dahlan, “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari penghidupan di Muhammadiyah, ” seringkali disalahartikan. Muhadjir meluruskan pemahaman tersebut.
“Makna dari kutipan itu adalah jangan melakukan penyimpangan seperti korupsi di Muhammadiyah, bukan berarti bekerja di Muhammadiyah tidak boleh mendapatkan penghidupan. Yang ditekankan adalah integritas dan tanggung jawab, ” tegasnya.
Lebih jauh, Muhadjir mengajak seluruh pihak untuk membangun ekosistem bisnis dan ekonomi Muhammadiyah yang sehat dan berorientasi jangka panjang. Sebuah visi yang patut diperjuangkan.
“Muhammadiyah itu tidak banyak bicara, tapi bekerja nyata. Ini budaya kerja yang harus kita kembangkan untuk memperkuat posisi Muhammadiyah dalam berbagai sektor, ” tutupnya. Sebuah penutup yang menginspirasi, mengingatkan kita akan pentingnya kerja nyata dalam memajukan persyarikatan. (Muh.or.id)