PBNU Minta Maaf Undang Akademisi Pendukung Israel

3 weeks ago 9

JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf, secara terbuka menyampaikan permohonan maaf kepada publik. Permohonan maaf ini dilayangkan terkait keputusan PBNU mengundang akademisi asal Amerika Serikat, Peter Berkowitz, yang diketahui memiliki pandangan pro-Zionis Israel.

Yahya Cholil Staquf menjelaskan bahwa undangan tersebut merupakan sebuah kekhilafan yang timbul akibat kurangnya ketelitian dalam proses seleksi narasumber. Ia mengakui kesalahannya dalam menilai latar belakang Peter Berkowitz.

"Saya mohon maaf atas kekhilafan dalam mengundang Peter Berkowitz tanpa memperhatikan latar belakang zionisnya. Hal ini terjadi semata-mata karena kekurangcermatan saya dalam melakukan seleksi dan mengundang narasumber, " ujar Yahya, Kamis (28/8/2025).

Lebih lanjut, Yahya menegaskan bahwa sikap PBNU terhadap perjuangan rakyat Palestina tidak pernah berubah. PBNU tetap konsisten memberikan dukungan penuh terhadap kemerdekaan dan kedaulatan Palestina sebagai sebuah negara yang merdeka.

"PBNU mendukung perjuangan bangsa Palestina untuk memiliki negara yang merdeka dan berdaulat, " tegasnya.

PBNU juga menyatakan kecaman tegas terhadap berbagai tindakan kekerasan dan serangan brutal yang dilancarkan oleh pemerintah Israel terhadap warga sipil di Gaza. Yahya secara pribadi dan atas nama PBNU mengutuk keras aksi tersebut.

"Saya dan PBNU mengutuk tindakan-tindakan genosidal yang brutal yang dilakukan oleh pemerintah Israel di Gaza, " ungkapnya.

PBNU menyerukan agar seluruh pihak, baik di tingkat nasional maupun internasional, bersinergi dan bekerja keras untuk menghentikan genosida di Gaza. Organisasi keagamaan terbesar di Indonesia ini juga mendorong upaya perdamaian yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Munculnya nama Peter Berkowitz ke publik bermula setelah ia menjadi salah satu pengisi acara di Universitas Indonesia. Protes masyarakat muncul karena pandangan Berkowitz yang sangat vokal mendukung tindakan Israel terhadap Palestina. Dalam beberapa tulisannya, Berkowitz bahkan berargumen bahwa penjajahan Israel terhadap Palestina adalah hak untuk membela diri, dan pernah mengusulkan pemindahan warga Gaza ke Sinai, Mesir.

Peter Berkowitz sendiri diundang oleh PBNU untuk menjadi narasumber dalam Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU). AKN NU merupakan program kaderisasi tertinggi PBNU yang dirancang untuk membekali puluhan peserta terpilih dengan pemahaman mendalam mengenai peta geopolitik global. Tujuannya adalah agar para kader terbaik NU mampu menavigasi arah perjuangan organisasi di kancah internasional dan mencetak pemimpin masa depan NU.

Sebelumnya, Yahya Cholil Staquf juga pernah menjadi sorotan akibat beredarnya foto dirinya bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Pertemuan tersebut terjadi pada tahun 2018 saat Yahya mengunjungi Israel untuk mewakili PBNU dalam sebuah konferensi global dengan misi perdamaian dunia.

"Saya berkunjung ke Israel itu ada peluang, bayangkan saya waktu itu pengurus besar Nahdlatul Ulama diberi kesempatan bicara di depan konferensi global di seluruh dunia. Coba masa saya enggak mau, " ujar Yahya, Kamis (17/4), menjelaskan konteks pertemuannya.

Yahya juga menceritakan bahwa dalam pertemuan tersebut, Benjamin Netanyahu menanyakan sikap Indonesia terhadap Israel. Ia menegaskan bahwa posisi Indonesia tidak akan berubah sampai ada solusi damai bagi Palestina. "Sekarang misalnya, dipersoalkan saya ketemu salaman, senyum-senyum ya masa langsung mau saya piting di situ kan ndak mungkin, wong ini pertemuan diplomatik, " ujarnya sambil tertawa.

Tak lama berselang, sebuah foto yang menampilkan lima tokoh muda NU bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog, juga menuai kecaman. Kelima tokoh muda NU tersebut adalah Zainul Maarif, Munawir Aziz, Nurul Bahrul Ulum, Syukron Makmun, dan Izza Annafisah Dania, yang merupakan pengurus di berbagai badan otonom dan wilayah NU. Akibat peristiwa ini, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta mengambil tindakan dengan memberhentikan Mukti Ali, Roland Gunawan, dan Sapri Saleh dari kepengurusan Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PWNU Jakarta. (Warta Kampus)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |