PAPUA - Jelang peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, juru bicara Organisasi Papua Merdeka (OPM), Sebby Sambom, kembali mengeluarkan ancaman provokatif. Ia menyebut bahwa orang Papua yang mengikuti upacara 17 Agustus adalah “pengkhianat” dan akan dikenai sanksi keras, termasuk kekerasan fisik.
Pernyataan ini sontak menuai reaksi tegas dari berbagai tokoh Papua. Warga menyatakan tak akan mundur dari semangat kebangsaan, dan menegaskan bahwa Papua adalah bagian sah dari Indonesia.
Emanuel Magai, tokoh pemuda dari Kabupaten Jayawijaya, menyebut ancaman itu sebagai bentuk tekanan psikologis yang kerap digunakan OPM untuk menebar ketakutan.
“Kami orang Papua adalah bagian dari Indonesia. Upacara 17 Agustus adalah perayaan kemerdekaan bangsa kami juga. Ancaman Sebby tak akan menghentikan semangat kami, ” ujarnya, Sabtu (2/8/2025).
Menurut Emanuel, masyarakat Papua kini makin sadar bahwa aksi OPM justru lebih banyak menyengsarakan rakyat sendiri.
“Kami tidak mau lagi dijadikan objek intimidasi. Cukup sudah. Sekarang saatnya membangun, bukan menebar kekerasan, ” tegasnya.
Senada, Pendeta Elieser Wonda dari Wamena menyayangkan retorika ancaman tersebut.
“Hari kemerdekaan adalah hari doa dan rasa syukur. Tidak ada alasan untuk melarang rakyat merayakannya, apalagi dengan intimidasi. Ancaman hanya akan memperpanjang penderitaan di tanah ini, ” kata Elieser.
Para tokoh ini menyerukan agar masyarakat, terutama generasi muda Papua, tetap teguh menjaga persatuan dan tidak takut menunjukkan kecintaan pada Tanah Air. Menurut mereka, seruan Sebby Sambom mencerminkan kepanikan kelompok OPM yang makin kehilangan dukungan dari rakyat Papua sendiri.
“Ancaman itu tidak lagi relevan. Yang dibutuhkan Papua sekarang adalah kedamaian, pembangunan, dan masa depan yang cerah, ” tutup Emanuel.
(Apk/Red1922)