'Kilau Kota Kecil' di Panggung Hijau Nasional

1 month ago 22

𝑃𝑎𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔, 𝐾𝑜𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑑𝑖 𝑆𝑢𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑚𝑏𝑢𝑠 𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑈𝐼 𝐺𝑟𝑒𝑒𝑛 𝐶𝑖𝑡𝑦 𝑀𝑒𝑡𝑟𝑖𝑐 2025 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑡𝑢𝑎 𝑇𝑃-𝑃𝐾𝐾, 𝑁𝑦. 𝑀𝑎𝑟𝑖𝑎 𝐹𝑒𝑟𝑜𝑛𝑖𝑘𝑎 𝐻𝑒𝑛𝑑𝑟𝑖 𝐴𝑟𝑛𝑖𝑠, 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 10 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐷𝑃𝐷 𝐴𝑤𝑎𝑟𝑑 2025 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖 𝐾𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑓. 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑖𝑛𝑖 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑔𝑎𝑠𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑎ℎ𝑤𝑎 𝑘𝑜𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑎𝑏𝑢𝑟 𝑖𝑛𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑗𝑎𝑢 𝑑𝑎𝑛 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑓.
---

Tidak banyak kota kecil yang mampu menembus panggung nasional dalam urusan tata kelola berkelanjutan. Padang Panjang, kota mungil di jantung Sumatera Barat, membuktikan bahwa ukuran wilayah bukan halangan untuk melangkah besar. Baru-baru ini, Ketua TP-PKK, Ny. Maria Feronika  Hendri Arnis, masuk 10 besar DPD Award 2025 kategori Ekonomi Kreatif. Dari lebih 500 peserta se-Indonesia, nama Maria ikut bersaing di panggung nasional.

Prestasi berikutnya adalah UI Green City Metric (UGCM) 2025, di mana Padang Panjang menempati tiga besar nasional dalam kategori penataan ruang dan infrastruktur. 

Sebuah capaian yang bukan sekadar prestise, tetapi penegasan bahwa kota kecil pun bisa menebar inspirasi besar.

Kombinasi capaian ekologis dan ekonomi kreatif memberi warna baru: Padang Panjang tidak hanya menghijaukan ruang kota, tetapi juga menghidupkan ruang ekonomi rakyat.

UI Green City Metric adalah instrumen akademik dari Universitas Indonesia untuk menakar kinerja berkelanjutan kota dan kabupaten. Enam indikator menjadi tolok ukur: penataan ruang dan infrastruktur, energi dan perubahan iklim, tata kelola sampah dan limbah, tata kelola air, akses dan mobilitas, serta tata kelola pemerintahan. Versi 2025 menambahkan dimensi kesadaran publik, sehingga pembangunan hijau tak hanya soal kebijakan di atas kertas, tetapi juga keterlibatan masyarakat sehari-hari.

Di tengah banyak penghargaan seremonial yang kerap dicurigai “pesanan”, UGCM menempuh jalur berbeda. Penilaian dilakukan dengan metodologi transparan, indikator terukur, dan dapat diuji ulang. Tidak ada ruang bagi lobi politik atau pencitraan semata. 

Capaian Padang Panjang menegaskan satu hal penting: prestasi ini lahir dari kerja nyata, bukan polesan semata.

Kota terkecil ketiga di Indonesia ini menata ruang dengan serius, memperkuat infrastruktur ramah pejalan kaki dan penyandang disabilitas, serta menghidupkan program Kampung Iklim sebagai ruang partisipasi masyarakat. Pemerintah kota tidak bekerja sendiri; kolaborasi dengan OPD, akademisi, komunitas, dan dunia usaha menjadi kunci.

“Alhamdulillah, Padang Panjang masuk tiga besar kota paling berkelanjutan tahun ini. Ini adalah kerja bersama seluruh stakeholder—pemerintah, masyarakat, hingga dunia usaha". 

"Prestasi ini bukan milik saya pribadi, melainkan hasil jerih payah kolektif yang harus terus kita jaga, ” ujar Wali Kota Hendri Arnis 

Keberhasilan ini makin istimewa karena lahir di tengah dominasi kota-kota besar. Tahun-tahun sebelumnya, Kediri, Madiun, dan Blitar menempati posisi atas dengan skor tinggi. Kota Semarang unggul dalam penataan ruang, Wonogiri dalam energi, Parepare dalam tata kelola limbah. 

Kehadiran Padang Panjang sebagai tiga besar memberi warna berbeda: kota kecil dengan sumber daya terbatas mampu melampaui ekspektasi, membuktikan bahwa inovasi tak selalu lahir dari metropolitan dengan anggaran melimpah. 

Menariknya, Walikota Hendri Arnis dan Wakilnya Allex Saputra belum genap Setahun memimpin Kota Padang Panjang. Sebuah prestasi yang positif, membanggakan dan optimistik untuk arah pembangunan berkelanjutan bagi Kota yang berjuluk ‘Serambi Mekah’ dan Kota Pendidikan ini kedepannya.

Namun apresiasi tidak boleh menjadi euforia sesaat. Tantangan menunggu di depan: bagaimana penghargaan diinternalisasi menjadi kebijakan jangka panjang? Bagaimana penghijauan tak hanya proyek seremonial, tetapi budaya yang melekat dalam tata kelola kota? Tanpa konsistensi, penghargaan hanya akan menjadi piala di lemari, bukan napas kehidupan kota.

Isu energi menuntut langkah lebih berani. Pemanfaatan energi terbarukan di fasilitas publik harus diperluas, pengelolaan sampah diubah menjadi ekonomi sirkular berbasis komunitas, dan digitalisasi tata kelola lingkungan dijalankan agar transparansi dan partisipasi warga hidup nyata. Semua itu membutuhkan visi panjang, kesabaran politik, dan komitmen anggaran yang tak kecil.

Keberhasilan Padang Panjang memberi pesan lebih luas: kota-kota di Indonesia, sekecil apa pun, memiliki peluang tampil sebagai pelopor keberlanjutan. Penghargaan hanyalah simbol; substansinya adalah keberanian menata kota dengan visi hijau. Dalam era perubahan iklim, kota bukan sekadar entitas administratif, tetapi garda depan perlawanan terhadap krisis lingkungan.

Padang Panjang kini menegaskan satu hal: kota kecil bisa memiliki visi besar. Dan visi besar itu, bila dijaga konsistensi, dapat menjadikan kota ini bukan hanya Serambi Mekah, tetapi juga Serambi Hijau Nusantara. (Indra Gusnady)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |