Arief Prasetyo Adi: Beras Fortifikasi, Solusi Gizi Baru, Bukan dari Cadangan Beras Pemerintah

1 month ago 21

JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, memberikan klarifikasi penting mengenai program bantuan pangan beras terfortifikasi dan biofortifikasi yang baru saja diluncurkan. Ia menegaskan bahwa pasokan beras spesial ini sama sekali tidak bersumber dari cadangan beras pemerintah (CBP).

"Pemberian bantuan pangan beras terfortifikasi dan biofortifikasi itu bukan diambil dari stok cadangan beras pemerintah, " ujar Arief Prasetyo Adi saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.

Program inovatif ini merupakan hasil kolaborasi Bapanas dengan berbagai mitra strategis. Tahap awal uji coba menyasar 648 Kepala Keluarga (KK) di delapan desa di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Setiap KK berhak menerima 15 kilogram beras terfortifikasi dan biofortifikasi secara gratis, disalurkan sebanyak tiga kali.

Menariknya, dukungan dalam program ini datang dari berbagai pihak, termasuk Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) Indonesia, Keluarga Alumni Gadjah Mada (KAGAMA), dan Dompet Dhuafa. Kehadiran mereka menunjukkan komitmen bersama untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia.

Arief Prasetyo Adi mengungkapkan bahwa program ini adalah inisiatif perintisan Bapanas. Harapannya, jika terbukti berhasil, model serupa dapat direplikasi ke wilayah lain di Indonesia yang memiliki angka stunting tinggi dan rentan terhadap kerawanan pangan.

Proses distribusi beras fortifikasi ini memerlukan ketelitian tinggi karena harus memenuhi standar sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI). Uji coba distribusi selama tiga bulan di satu lokasi menjadi krusial untuk memastikan kualitas dan efektivitasnya.

Program beras khusus ini adalah wujud nyata upaya pemerintah untuk menyediakan pilihan pangan yang lebih bergizi, terutama bagi kelompok masyarakat yang paling membutuhkan. Arief meyakini bahwa model bantuan pangan berbasis beras fortifikasi ini memiliki potensi besar untuk diterapkan secara luas di masa depan.

"Sebenarnya saya pernah berbicara ini dengan Kementerian Kesehatan juga. Jadi kalau model bantuan seperti ini diberikan ke masyarakat rentan akan lebih baik. Kita ke depan, misalnya bantuan pangan itu agar masyarakat mengkonsumsi nasi yang ada fortifikasi, akan lebih bagus, " tambah Arief.

Perlu digarisbawahi, program bantuan pangan beras terfortifikasi dan biofortifikasi ini berbeda dengan program bantuan pangan beras konvensional yang selama ini dijalankan oleh Perum Bulog. Pasokan berasnya pun tidak berasal dari stok Bulog.

Dalam fase rintisan ini, Bapanas menyalurkan total 29.160 kg beras khusus untuk 648 KK selama tiga bulan, yang berarti akan didistribusikan sebanyak 1.944 paket bantuan. Fokus utamanya adalah keluarga berisiko stunting di daerah rawan pangan.

Beras yang didistribusikan diperkaya dengan mikronutrien penting seperti vitamin A, B1, B2, B3, B6, B12, asam folat, serta mineral seperti zat besi dan zinc. Kandungan ini dirancang untuk meningkatkan status gizi masyarakat rentan, khususnya ibu hamil dan anak-anak di bawah usia lima tahun.

"Latar belakang digagasnya program bantuan pangan beras terfortifikasi dan biofortifikasi adalah Indonesia masih menghadapi beban gizi ganda atau triple burden of malnutrition seperti stunting, obesitas, dan kekurangan zat gizi mikro, " jelas Arief.

Meski demikian, upaya perbaikan terus dilakukan. Jumlah daerah rentan rawan pangan dilaporkan menurun menjadi 81 kabupaten/kota atau 15, 76 persen.

Fortifikasi beras juga telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi. Beras fortifikasi menjadi salah satu indikator prioritas nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029. (PERS)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |