PANGKEP SULSEL - Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) dikenal memiliki kekayaan laut yang melimpah. Salah satu sumber daya yang paling potensial adalah rumput laut. Di berbagai desa pesisir, termasuk Desa Bulu Cindea Kecamatan Bungoro,
" Alhamdulillah, Berkat petunjuk dari Bupati Pangkep Dr H. Muhammad Yusran Lalogau, rumput laut menjadi sumber penghidupan bagi banyak keluarga nelayan di desa kami" uja Made Ali seusai menerima penghargaan dari Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaeman di Mandalle beberapa hari lalu yang di saksikan langsung oleh Menteri pertanian Andi Imran Sulaeman.
Di bawah kepemimpinan Made Ali, desa ini mulai memperlihatkan arah baru dalam pengelolaan hasil laut yang lebih produktif dan berkelanjutan.
Rumput laut bagi masyarakat Bulu Cindea bukan sekadar tanaman laut, tetapi bagian dari kehidupan sehari-hari. Hasil panennya mampu menopang ekonomi keluarga, terutama di masa sulit. Namun selama ini, sebagian besar hasil panen dijual mentah tanpa diolah lebih lanjut. Akibatnya, nilai jualnya masih rendah, sementara potensi pengolahannya sangat besar.
Desa Bulu Cindea memiliki posisi strategis dan sumber daya alam yang mendukung untuk menjadi sentra pengolahan rumput laut di Pangkep. Made Ali sebagai nahkoda desa melihat peluang besar untuk mengubah pola pikir masyarakat dari sekadar “menjual hasil” menjadi “mengolah hasil”. Dengan pendekatan pelatihan, pendampingan, dan inovasi sederhana, rumput laut bisa menjadi produk unggulan yang mengangkat ekonomi desa.
Rumput laut dari Bulu Cindea sebahagian besar sudah di olah menjadi produk bernilai tinggi, namun ke depan akan lebih mengembangkan lagi untuk mengelola seperti agar-agar, karaginan, pupuk organik cair, sabun herbal, hingga camilan sehat. Melalui konsep “petik, olah, dan jual”, masyarakat bisa merasakan langsung peningkatan pendapatan. Tak hanya itu, pengolahan lokal juga membuka lapangan kerja baru dan mengurangi ketergantungan pada tengkulak.
Kepemimpinan Made Ali dinilai visioner karena berupaya mendorong ekonomi maritim berbasis pemberdayaan. Dengan menggandeng pihak swasta, lembaga pelatihan, dan berkat petunjuk dan pembinaan dari Pangkep Dr H. Muhammad Yusran Lalogau, ia ingin menghadirkan inovasi desa yang berpijak pada potensi lokal. “Rumput laut bukan hanya hasil laut, tapi masa depan desa, ” begitu kira-kira semangat yang dibangun di Bulu Cindea.
Langkah pengolahan rumput laut di tingkat desa juga sejalan dengan arah pembangunan Kabupaten Pangkep yang menekankan sektor kelautan dan perikanan berkelanjutan. Dengan dukungan infrastruktur, teknologi sederhana, dan semangat gotong royong, Pangkep bisa menjadi model daerah penghasil produk turunan rumput laut yang tidak kalah dari daerah lain di Indonesia.
Rumput laut juga memiliki nilai ekologis tinggi. Budidayanya ramah lingkungan, tidak merusak ekosistem laut, dan bahkan membantu menjaga keseimbangan perairan. Dalam konteks perubahan iklim dan ekonomi hijau, pengembangan rumput laut seperti di Bulu Cindea memiliki arti strategis: menumbuhkan ekonomi tanpa merusak alam.
Ke depan, Bupati Pangkep berharap agar desa perlu terus berinovasi. Laboratorium kecil pengolahan, pelatihan pembuatan pupuk cair, hingga produksi sabun atau makanan olahan bisa menjadi langkah nyata. Dengan pembinaan yang berkelanjutan, Bulu Cindea dapat menjadi desa percontohan pengolahan rumput laut terpadu di Pangkep bahkan di Sulawesi Selatan
Dari laut Bulu Cindea, lahirlah harapan baru bagi masyarakat pesisir. Di bawah pembinaan Bupati Pangkep Dr H Muhammad Yusran Lalogau dan Desa Bulu Cindea dinahkoda Made Ali, rumput laut bukan lagi sekadar hasil panen, tetapi simbol kemandirian dan kemajuan desa. Jika semangat ini terus dijaga, maka “emas hijau” dari Pangkep akan bersinar hingga ke tingkat nasional, membuktikan bahwa kekuatan ekonomi desa bisa tumbuh dari tangan-tangan nelayan yang kreatif dan berdaya.
Rumput laut setelah dipanen bisa diolah menjadi berbagai produk bernilai tinggi, tergantung pada jenisnya (misalnya Gracilaria, Eucheuma cottonii, Sargassum, dll.) dan tujuan pengolahannya. Berikut ini penjelasan lengkapnya 👇
🌿 1. Bahan Pangan Langsung
Rumput laut dapat diolah menjadi: Keripik rumput laut → dikeringkan, digoreng, dan dibumbui seperti camilan sehat. Agar-agar & gelatin nabati → bahan pembuat puding, jeli, atau makanan penutup. Nori (lembaran rumput laut) → digunakan untuk sushi atau snack. Minuman serat alami → campuran rumput laut, gula, dan es sebagai minuman penyegar. Selai & saus laut → diolah menjadi pasta dengan tambahan bahan alami.
🧫 2. Bahan Industri dan Farmasi
Karaginan → diekstrak dari Eucheuma cottonii; digunakan dalam industri makanan (pengental, penstabil yogurt, es krim, saus). Agar-agar industri → dari Gracilaria; digunakan di laboratorium, kosmetik, dan obat-obatan. Alginat → dari Sargassum atau Laminaria; digunakan dalam pasta gigi, kosmetik, dan tekstil
🧴 3. Kosmetik dan Kesehatan
Rumput laut kaya vitamin dan mineral, bisa diolah menjadi: Masker wajah alami (pelembap dan pencerah kulit). Sabun herbal rumput laut (antioksidan dan melembutkan kulit). Lotion dan krim anti-aging. Suplemen makanan (dalam bentuk kapsul atau bubuk).
🧪 4. Pupuk dan Pakan Ternak
Pupuk cair organik (POC) → dibuat dari fermentasi rumput laut, kaya unsur mikro dan hormon tumbuh alami (auksin, sitokinin). Pupuk padat → hasil pengeringan dan penggilingan rumput laut sisa panen. Campuran pakan ternak atau ikan → menambah protein, vitamin, dan memperbaiki sistem imun hewan.
🔋 5. Energi dan Produk Inovatif
Bioetanol dan biogas → rumput laut dapat difermentasi untuk menghasilkan energi terbarukan. Bahan biodegradable → bahan dasar pembuatan plastik ramah lingkungan.
🛍️ 6. Produk Kreatif & UMKM
Teh rumput laut kering (minuman herbal). Manisan rumput laut (dicampur gula dan pewarna alami). Sabun souvenir & aromaterapi laut. Bubuk rumput laut untuk campuran kue, roti, atau minuman kesehatan ( Herman Djide)















































