PANGKEP SULSEL – Di bawah kepemimpinan Made Ali, Desa Bulu Cindea, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), kini menjelma menjadi salah satu desa wisata yang membanggakan di Sulawesi Selatan. Tak hanya mengandalkan sektor perikanan, desa ini kini mulai dikenal karena keindahan wisata mangrove dan kreativitas warganya dalam mengelola potensi lokal.
Desa Bulu Cindea sebelumnya dikenal sebagai sentra penghasil ikan bandeng dan rumput laut. Hasil lautnya menjadi penopang ekonomi masyarakat setempat. Namun, di tangan Made Ali, potensi alam yang selama ini hanya dimanfaatkan secara ekonomi kini diubah menjadi daya tarik wisata yang berkelanjutan.
Salah satu daya tarik utama desa ini adalah warung terapung yang berada di atas area rawa-rawa. Di tempat ini, pengunjung bisa menikmati sajian kuliner laut sambil memancing di sekitar kawasan mangrove. Suasana alami dan tenang membuat lokasi ini digemari oleh wisatawan lokal maupun luar daerah.
Selain itu, wisata mangrove Biringkassi kini tengah dikembangkan secara bertahap. Kawasan ini menawarkan panorama hijau yang memanjakan mata, sekaligus menjadi tempat edukasi lingkungan tentang pentingnya menjaga ekosistem pesisir. Mangrove di Bulu Cindea bukan hanya pelindung pantai dari abrasi, tetapi juga rumah bagi berbagai spesies ikan, kepiting, dan burung air.
Made Ali berkata bahwa ini semua petunjuk Bupati Pangkep Dr H Muhammad Yusran Lalogau dalam membangun desa dari sumber potensi lokal, untuk itu bersama pemerintah desa dan masyarakat setempat bahu-membahu merancang kawasan wisata yang ramah lingkungan. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pelestarian alam dan peningkatan ekonomi warga. “Kami ingin masyarakat menikmati hasil pembangunan tanpa merusak alam, ” ujarnya dalam salah satu kegiatan sosialisasi desa wisata.
Selain pengembangan wisata, Made Ali juga menggagas pemeliharaan kepiting dan ayam kampung sebagai usaha produktif masyarakat. Program ini menjadi bagian dari strategi diversifikasi ekonomi desa agar warga tidak hanya bergantung pada hasil laut semata.
Inovasi ini mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah kabupaten yang melihat Desa Bulu Cindea sebagai contoh nyata penerapan konsep “Desa Mandiri Berbasis Potensi Lokal”. Dukungan pelatihan, bantuan bibit, dan promosi wisata mulai digulirkan untuk memperkuat posisi desa di sektor pariwisata dan perikanan terpadu.
Kini, wajah Desa Bulu Cindea mulai berubah. Rawa-rawa yang dulunya hanya dikenal sebagai kawasan nelayan kini disulap menjadi ikon wisata bahari dan konservasi alam. Masyarakat pun semakin sadar akan nilai tambah dari menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
Dengan langkah visioner Made Ali, Bulu Cindea tak sekadar menjadi destinasi wisata baru, melainkan simbol kebangkitan desa-desa pesisir di Sulawesi Selatan yang mampu bangkit melalui potensi lokal dan semangat gotong royong.( Herman Djide)