Eli Cohen, Pengusaha Arab Ternama, Agen Mossad yang Terungkap

1 month ago 19

SURIAH - Metode pengumpulan informasi intelijen Israel dikenal presisi dan terstruktur, bahkan mampu mengubah identitas seorang pengusaha Arab terkemuka menjadi aset strategis Mossad. Sebuah kasus membuktikan bagaimana seorang individu, yang dikenal luas sebagai pengusaha sukses, ternyata adalah agen intelijen Israel. Identitasnya terbongkar setelah membocorkan rahasia militer Suriah, yang berujung pada hukuman mati di depan publik.

Informasi berharga yang diserahkan kepada Israel terbukti krusial dalam menentukan kekalahan negara-negara Arab dalam serangkaian perang. Sosok di balik penyamaran brilian ini adalah Eli Cohen, yang beroperasi dengan nama samaran Kamel Amin Thaabet.

Eli Cohen, yang menghabiskan masa mudanya di Mesir, memutuskan pindah ke Israel pada tahun 1954 setelah direkrut oleh Mossad. Tugasnya kala itu adalah menyusup ke Suriah dengan kedok seorang pengusaha tekstil. Di sana, ia mulai memperkenalkan diri dengan nama samaran Kamel.

Dalam skenario penyamarannya, Kamel digambarkan sebagai pria kelahiran dan besar di Suriah, yang pada tahun 1949 pindah ke Argentina bersama keluarganya. Di negara Amerika Latin tersebut, ia membangun bisnis tekstilnya.

Melalui jaringan bisnis inilah, Kamel diperintahkan oleh Mossad untuk menjalin perkenalan dengan para petinggi Suriah demi mendapatkan akses terhadap informasi rahasia. Perlu dicatat, sejak didirikan pada tahun 1948, Israel senantiasa menghadapi kecaman dari negara-negara Arab, termasuk Suriah.

Dengan menempatkan mata-mata, Israel berupaya untuk selangkah lebih maju dan mengantisipasi setiap manuver agresif dari Suriah. Maka, dimulailah aksi spionase Kamel sebagai pengusaha tekstil yang sukses dan kaya raya pada awal tahun 1960-an.

Menyusup ke Jantung Kekuasaan Suriah

Berdasarkan buku 'Our Man in Damascus' karya Elie Cohn (1971), langkah awal Kamel untuk menembus Suriah adalah melalui Jenderal Amin al-Hafez, atase militer Suriah di Argentina. Kamel menyampaikan keinginannya untuk kembali ke tanah kelahirannya di Suriah, dengan dalih ingin berkontribusi membangun negara yang ia anggap tengah dilanda krisis akibat korupsi merajalela.

Sebagai seorang jenderal yang sangat nasionalis, al-Hafez tergerak oleh cerita Kamel. Ia kemudian membawa Kamel ke Suriah dan memperkenalkan dirinya kepada kolega-koleganya sebagai seorang pengusaha dermawan yang ingin membantu pembangunan negeri.

Perkenalan Kamel yang awalnya hanya dengan al-Hafez, dengan cepat berkembang. Ia berhasil menjalin hubungan baik dengan para tokoh ternama yang memiliki pengaruh besar dalam lingkaran kekuasaan dan militer Suriah. Melalui jaringan yang kuat ini, Kamel mengembangkan bisnis tekstilnya, yang kemudian membawanya menjadi salah satu pengusaha paling terkemuka di Suriah.

Samantha Wilson, dalam bukunya 'Israel' (2011), mengisahkan bahwa kalangan elite Suriah dikenal gemar berpesta. Pertukaran informasi seringkali terjadi di sela-sela gemerlap pesta dan suasana mabuk. Kebiasaan inilah yang dimanfaatkan dengan cerdik oleh Kamel.

Kamel kerap mengadakan pesta mewah dan mengundang para petinggi Suriah. Dari sinilah ia semakin dikenal luas dan berhasil menembus lingkaran kekuasaan terdalam, tanpa ada seorang pun yang mencurigai identitas aslinya sebagai mata-mata Israel.

Kesalahan Fatal yang Mengakhiri Segalanya

Pada tahun 1963, sahabat yang membawanya ke Suriah, Amin al-Hafez, telah menduduki kursi kepresidenan. Al-Hafez memiliki kepercayaan penuh kepada Kamel, memandangnya sebagai pengusaha yang akan membantunya memajukan Suriah.

Karena kepercayaan tersebut, Kamel sering diajak sang presiden mengunjungi lokasi-lokasi strategis dan rahasia militer. Di sinilah Kamel berhasil mengumpulkan informasi vital mengenai lokasi pertahanan rahasia, jumlah personel militer, persenjataan, serta rencana strategis militer Suriah terhadap Israel.

Semua informasi ini kemudian dikirimkan ke Israel menggunakan kode morse setiap malam, sebuah operasi yang dilakukannya selama lebih dari tiga tahun.

Di sisi lain, kepercayaan Presiden Suriah kepada Kamel semakin membuncah. Ia bahkan mendapatkan tawaran untuk menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan Suriah. Dalam buku 'Our Man in Damascus', Elie Cohn (1971) mencatat bahwa saat menerima tawaran tersebut, Kamel sempat dilanda keraguan dan ketakutan.

Setelah berkomunikasi dengan Mossad, agen intelijen tersebut akhirnya mantap menerima tawaran prestisius itu. Namun, sebelum sempat dilantik, Kamel melakukan kesalahan fatal yang membongkar seluruh penyamarannya.

Pada suatu malam di tahun 1965, Kamel tertangkap basah sedang mengirimkan kode morse oleh pasukan keamanan Suriah. Saat itu, militer Suriah memang telah mengantongi informasi mengenai adanya mata-mata yang membocorkan rahasia negara.

Investigasi mendalam pun dilakukan, dan secara mengejutkan, mata-mata tersebut adalah sosok yang digadang-gadang akan menduduki posisi Wakil Menteri Pertahanan Suriah, yakni Kamel Amin Thaabet.

Presiden al-Hafez sangat marah besar. Ia menyadari bahwa akibat spionase Eli Cohen alias Kamel, Suriah harus menanggung kekalahan berulang kali dalam setiap pertempuran melawan Israel.

Sejak saat itu, Kamel ditangkap dan mengalami penyiksaan tanpa henti setiap hari. Orang-orang Suriah yang dekat dengannya juga turut diperiksa dan dihukum, karena dianggap telah mempermalukan negara.

Hidupnya berakhir tragis pada 18 Mei 1965, ketika ia dijatuhi hukuman gantung di depan publik. Mayatnya dibuang dan tidak pernah kembali ke Israel. Meskipun jasadnya tak pernah kembali, informasi rahasia yang telah bocor telah memberikan dampak besar.

Berkat informasi intelijen yang dihimpun Kamel, Israel berhasil mengetahui secara rinci lokasi-lokasi rahasia militer Suriah selama dua tahun ke depan, termasuk persiapan untuk Perang Enam Hari pada Juni 1967. Kebocoran informasi inilah yang krusial dalam kemenangan Israel meski harus menghadapi gempuran gabungan negara-negara Arab. (PERS)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |