JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bersama Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Utara secara resmi mengukuhkan ratusan kader Gerakan Pilah Sampah, yang sebagian besar adalah anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Mereka akan menjadi percontohan pengelolaan sampah nasional yang dimulai dari tingkat rumah tangga.
Acara bersejarah ini digelar di Ancol, Jakarta Utara, pada hari Kamis. Menteri Lingkungan Hidup (LH)/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH), Hanif Faisol Nurofiq, tak henti-hentinya menyampaikan apresiasinya kepada 460 kader yang telah menyatakan komitmennya. Keberadaan ibu-ibu anggota PKK ini sangat krusial dalam mendukung upaya pengelolaan sampah yang efektif di wilayah Jakarta Utara, dengan harapan dapat menginspirasi daerah lain di seluruh penjuru Tanah Air.
"Kita patut berbangga, Jakarta Utara mampu dan kemudian menginisiasi Gerakan Pilah Sampah satu-satunya, paling original di Tanah Air, " ujar Hanif Faisol Nurofiq. Ia menekankan bahwa Jakarta Utara kini memegang estafet penting sebagai percontohan nasional dalam pengelolaan sampah, sebuah model yang akan direplikasi di wilayah lain. Kunci keberhasilan ini terletak pada langkah sederhana namun fundamental: pilah sampah yang harus digalakkan mulai dari unit terkecil, yaitu rumah tangga.
Pemerintah pusat melalui KLH secara masif mendorong pelibatan seluruh elemen masyarakat di Jakarta Utara. Upaya ini telah terjalin baik melalui koordinasi dengan seluruh lurah dan camat, serta dukungan dari ratusan sekolah di Jakarta Utara yang telah menyandang predikat Sekolah Adiwiyata. Keterlibatan anggota PKK menjadi salah satu pilar utama dalam peningkatan pengelolaan sampah, mengingat separuh dari total timbulan sampah di Jakarta Utara, yang mencapai 509.694 ton pada tahun 2024 (dengan rata-rata 1.396 ton per hari), berasal dari aktivitas rumah tangga.
Dengan pemilahan sampah dari rumah tangga yang dicontohkan oleh para kader ini, diharapkan sampah organik seperti sisa makanan dapat terpisah dari sampah anorganik seperti plastik. Pemisahan ini akan sangat mempermudah proses pengelolaan selanjutnya. Sampah organik berpotensi diolah menjadi kompos secara mandiri per wilayah, bahkan memanfaatkan teknologi Black Soldier Fly (BSF). Sementara itu, sampah anorganik yang kering dapat didaur ulang atau diubah menjadi bahan bakar alternatif di fasilitas Refuse-derived Fuel (RDF) Rorotan, yang berlokasi di Jakarta Utara.
"Dengan dipilah sampahnya, penanganan sampah baru akan selesai. Tanpa dipilah akibatnya RDF Rorotan yang telah dibangun tahun lalu sampai hari ini belum bisa dioperasionalkan, karena masih tercampurnya sampah, " jelas Hanif Faisol Nurofiq. Oleh karena itu, kegiatan pemilahan sampah menjadi sebuah kewajiban yang mutlak memerlukan partisipasi dari garda terdepan masyarakat, yaitu anggota PKK di Jakarta Utara.
Dalam kesempatan yang sama, Wali Kota Jakarta Utara, Hendra Hidayat, menyatakan kebanggaannya atas pengukuhan kader Gerakan Pilah Sampah yang merupakan yang pertama di wilayah Jakarta. Ia optimis bahwa langkah progresif ini akan menjadi inspirasi berharga bagi daerah lain di Indonesia.
"Semoga ini menjadi contoh bagi kota yang lain. Bahwa Jakarta Utara sudah memulai, " tegasnya, menandai dimulainya era baru pengelolaan sampah yang lebih cerdas dan berkelanjutan di ibu kota. (Kabar Menteri)