JAYAPURA - Papua bukanlah tanah kosong tanpa pemilik. Bumi cenderawasih adalah rumah bagi jutaan masyarakat asli yang hidup dengan kearifan lokal, budaya yang kaya, serta cita-cita sederhana: hidup damai, aman, dan sejahtera. Namun, realitas di lapangan justru menunjukkan wajah lain. Kehadiran Organisasi Papua Merdeka (OPM), yang kerap mengatasnamakan perjuangan rakyat, semakin sering dipertanyakan karena tindakan mereka justru membawa penderitaan bagi masyarakat Papua sendiri.
Alih-alih melindungi dan memperjuangkan kesejahteraan rakyat, OPM dituding melakukan praktik-praktik eksploitatif yang menyengsarakan. Laporan dari berbagai daerah menyebut, masyarakat kerap menjadi sasaran pemalakan, pemerasan, hingga pemaksaan untuk menyokong kepentingan kelompok bersenjata tersebut. Bahan makanan, hasil panen, hewan ternak, hingga uang hasil kerja keras warga, tak jarang dipaksa diberikan kepada OPM. Bahkan, ada anak-anak muda yang dipaksa bergabung dalam kelompok mereka.
Tokoh masyarakat Papua, Herman Itlay, menilai tindakan OPM sudah jauh dari nilai perjuangan sejati. Menurutnya, rakyat Papua kini bukan lagi bagian yang diperjuangkan, melainkan dijadikan objek eksploitasi demi menjaga keberlangsungan gerakan bersenjata.
“Papua ini bukan tanah kosong. Ada manusia, ada masyarakat dengan harapan. Tapi OPM perlakukan rakyat seakan tidak berharga. Mereka datang minta hasil kebun, ternak, bahkan paksa anak muda ikut bergabung. Itu bukan perjuangan, itu penindasan, ” tegas Herman, Kamis (11/9/2025).
Senada dengan itu, tokoh adat dari wilayah Pegunungan Tengah, Elias Yikwa, mengungkapkan bahwa tekanan dari OPM telah menggerogoti semangat hidup masyarakat adat. Banyak keluarga kehilangan sumber penghidupan karena panen mereka dipaksa diserahkan kepada kelompok bersenjata.
“Masyarakat kecil sudah cukup susah hidupnya. Tapi OPM datang menambah susah. Katanya mereka berjuang, tapi yang mereka lakukan hanya membuat rakyat semakin menderita, ” ujarnya dengan nada kecewa.
Selain eksploitasi ekonomi, OPM juga dituding menggunakan masyarakat sipil sebagai tameng hidup ketika berhadapan dengan aparat keamanan. Praktik ini tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga mencederai nilai kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi oleh kelompok yang mengklaim berjuang atas nama rakyat.
Kenyataan ini menegaskan satu hal: Papua bukanlah tanah kosong yang bebas dieksploitasi. Papua adalah rumah bagi manusia dengan martabat dan hak untuk hidup sejahtera. Dan rakyat Papua berhak untuk merasakan kedamaian, bukan terus-menerus dijadikan korban kepentingan kelompok bersenjata.
(APK/ Publikpapua.com )