Bukittinggi - Suasana hangat menyelimuti Aula Rumah Dinas Wali Kota Bukittinggi pada Selasa malam (7/10/2025), saat Pemerintah Kota Bukittinggi menggelar Welcome Dinner istimewa bagi para peserta IHSA ASEAN Homestay Forum 2025. Kehadiran Ketua Umum DPP Indonesia Homestay Association (IHSA) beserta jajaran ketua DPD IHSA se-Sumatera, pelaku pariwisata, dan perwakilan berbagai daerah menciptakan momen kebersamaan yang berharga.
Wali Kota Bukittinggi, Ramlan Nurmatias, SH, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi mendalam dan ucapan selamat datang yang tulus kepada seluruh tamu undangan. Beliau menegaskan betapa pentingnya forum ini dalam upaya mempererat kolaborasi para pelaku homestay dan pariwisata berbasis budaya di seluruh kawasan ASEAN.
“Pemerintah daerah selalu mendukung penuh kegiatan yang mampu menunjang sektor pariwisata sekaligus memperkuat nilai-nilai budaya. Homestay bukan sekadar tempat menginap, melainkan sebuah jendela untuk merasakan pengalaman otentik dan melestarikan tradisi kekayaan daerah masing-masing, ” ujar Wali Kota Ramlan, menggarisbawahi esensi dari konsep homestay.
Lebih lanjut, Wali Kota Ramlan berbagi kisah mendalam tentang sejarah panjang Bukittinggi, yang menjadi landasan kuat bagi pemerintah daerah dalam memperjuangkan status kota ini sebagai Daerah Istimewa. Ia menyoroti jejak historis Bukittinggi yang tak terpisahkan dari perjalanan bangsa Indonesia, terutama saat masa agresi militer Belanda II pada tahun 1948–1949.
“Bukittinggi pernah mengemban amanah sebagai pusat pemerintahan Republik Indonesia ketika Yogyakarta diduduki Belanda. Sungguh sebuah bukti ketahanan bangsa, pemerintahan Indonesia tetap berjalan lancar dari Bukittinggi pada masa krusial itu. Ini menunjukkan peran vital kota ini dalam menjaga eksistensi negara tercinta, ” tutur Ramlan, dengan nada bangga.
Beliau menambahkan bahwa Bukittinggi memiliki keistimewaan tersendiri sebagai salah satu dari tiga kota di Indonesia yang dianugerahi duplikat bendera pusaka Merah Putih, bersama Jakarta dan Yogyakarta. Bahkan, momen bersejarah penetapan Hari Bela Negara setiap tanggal 19 Desember berakar dari peristiwa penting yang terjadi di Bukittinggi, ketika Presiden Soekarno menunjuk Mr. Syafruddin Prawiranegara untuk memimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
“Sejarah inilah yang menjadi pondasi kokoh perjuangan kami untuk meraih status Daerah Istimewa bagi Bukittinggi. Kota ini tak hanya berperan dalam kancah sejarah nasional, tetapi juga pernah menjadi pusat pemerintahan Sumatera, Sumatera Tengah, dan Sumatera Barat, ” ungkapnya, penuh keyakinan.
Wali Kota juga tak lupa menyinggung nilai historis Jam Gadang, ikon kebanggaan Bukittinggi yang pembangunannya diperintahkan langsung oleh Ratu Wilhelmina di masa penjajahan Belanda. Pada tahun 2026 mendatang, perayaan 100 tahun Jam Gadang akan dihelat melalui sebuah Pesta Budaya Internasional yang direncanakan akan dihadiri oleh perwakilan 50 negara, serta melibatkan ribuan arsitek dan fotografer dunia.
“Tanpa pemahaman mendalam akan sejarah, kita tidak dapat membangun peradaban yang kuat. Oleh karena itu, kami bertekad menciptakan peradaban yang berakar pada kekayaan sejarah dan budaya, agar Bukittinggi menjadi kota kecil yang menyimpan nilai-nilai besar, ” tegas Ramlan, penuh semangat.
Beliau mengakui bahwa meskipun wilayah Bukittinggi tergolong kecil—sekitar 25, 239 km⊃2;—namun denyut aktivitas ekonomi dan sosialnya sangatlah dinamis. Bukittinggi, menurut Ramlan, adalah kota perdagangan, pariwisata, pendidikan, dan kesehatan yang hidup dari interaksi masyarakatnya yang dinamis dan kunjungan para wisatawan.

“Bukittinggi hidup dari para tamu dan geliat pariwisata. Karenanya, kami terus berupaya menyiapkan beragam agenda dan acara yang secara khusus mendukung sektor pariwisata—mulai dari kegiatan olahraga, keagamaan, hingga pendidikan. Semua ini kami harapkan mampu membangkitkan roda ekonomi daerah di tengah tantangan ekonomi global yang sedang lesu, ” ujarnya, berharap.
Menutup sambutannya, Wali Kota Ramlan secara tulus mengajak seluruh peserta forum untuk terus mengembangkan potensi desa wisata dan homestay sebagai pilar utama dalam memperkuat ekonomi kreatif yang berbasis masyarakat.
“Bapak dan Ibu sekalian telah mencurahkan tenaga dan pikiran untuk membuka lapangan kerja, memperkenalkan adat istiadat dan budaya, serta menghidupkan roda perekonomian lokal. Kami berharap forum ini dapat menjadi ajang berbagi inspirasi yang berharga dan memperkuat jaringan kolaborasi antar pelaku homestay di seluruh kawasan ASEAN, ” tutupnya.
Acara Welcome Dinner berlangsung dalam suasana yang sangat akrab dan penuh kehangatan. Selain menyuguhkan kekayaan kuliner khas Minangkabau, para tamu undangan juga dihibur oleh penampilan seni tradisional yang memukau, mempersembahkan keindahan dan kekayaan budaya Bukittinggi.(Lindafang)















































