WONOSOBO — Suara gemercik air wudhu dan lantunan doa sunyi memecah suasana pagi di Masjid At-Taubah, yang berdiri megah di dalam Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Wonosobo Sabtu (30/8/2025).
Di sini, jauh dari stigma dan hiruk pikuk, puluhan warga binaan khusyuk menunaikan Sholat Dhuha. Ini bukan sekadar ritual; ini adalah denyut nadi dari sebuah transformasi besar yang tengah berjalan.
Pemandangan ini adalah bagian dari program pembinaan spiritual intensif yang menjadi tulang punggung baru dalam sistem pembinaan di Rutan Wonosobo. Setiap pagi, sebelum memulai aktivitas lain, mereka meluangkan waktu untuk bersujud, sebuah momen yang diyakini menjadi titik balik bagi banyak jiwa yang tersesat.
Kepala Rutan Wonosobo, Wahyu Budi Heriyanto, memandang program ini sebagai sebuah investasi fundamental pada modal manusia. Menurutnya, perubahan perilaku yang sejati harus dimulai dari perbaikan di dalam diri.
“Kita bisa memberikan seribu macam keterampilan, tapi tanpa pondasi mental dan spiritual yang kokoh, semua itu akan rapuh, " ujar Wahyu.
Lebih lanjut, Disiplin Sholat Dhuha setiap pagi ini adalah cara kami membangun benteng pertahanan dari dalam. Ketika mereka menemukan ketenangan dalam sujud, mereka menjadi lebih kuat menghadapi godaan dari luar, termasuk bahaya narkotika. Ini adalah fondasi utama sebelum mereka menerima program kemandirian lainnya.
Pendekatan ini secara langsung menjawab tantangan utama di dunia pemasyarakatan. Di tengah kondisi hunian yang seringkali padat dan penuh tekanan, momen hening saat beribadah menjadi terapi yang efektif untuk meredam stres dan potensi konflik. Atmosfer di dalam Rutan menjadi lebih sejuk dan kondusif, menciptakan ekosistem yang mendukung perubahan positif.
Bagi salah seorang warga binaan X menyampaikan bahwa, momen spiritual ini menjadi pengalamannya yang paling personal.
“Di sini, di atas sajadah ini, saya merasa bebas. Dulu di luar hidup terasa kacau, tidak punya arah. Sholat Dhuha ini seperti menata ulang ‘kompas’ di dalam hati saya. Saya jadi lebih tenang dan bisa berpikir jernih tentang masa depan setelah bebas nanti, " ungkapnya.
Rutan Wonosobo membuktikan bahwa transformasi pemasyarakatan bukanlah konsep yang utopis.
Ia dimulai dari langkah-langkah nyata yang menyentuh nurani. Dengan menjadikan pembinaan spiritual sebagai titik awal, Rutan Wonosobo tidak lagi hanya menjalankan fungsi sebagai lembaga kurungan, melainkan telah menjelma menjadi sebuah kawah candradimuka—tempat di mana karakter baru ditempa, harapan dirajut kembali, dan takdir diupayakan untuk berubah menjadi lebih baik.
(Humas Rutan Wonosobo)